Ratusan Arsitek Berbagi Ilmu di Festival Arsitektur Nusantara Banyuwangi

Saat arsitek kondang Kumpul di Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi.

oleh Cahyu diperbarui 14 Mar 2019, 18:13 WIB
Saat arsitek kondang Kumpul di Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi. (foto: merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 300 arsitek Tanah Air meramaikan puncak acara Festival Arsitek Nusantara di Banyuwangi, Kamis (14/3/2019). Mereka saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam menerapkan rancangannya. 

"Jika ditotal ada 300 arsitek dari berbagai daerah di Tanah Air yang menghadiri festival ini, termasuk para mahasiswa dan dosen arsitektur," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Banyuwangi, Mujiono, seperti dikutip dari merdeka.com (14/3/2019).

Beberapa nama arsitek kondang yang hadir dalam acara tersebut antara lain Andra Matin, Yori Antar, Budi Pradono, Jeffrey Budiman, Ary Indra, Denny Gondo, Gregorius Supie Yolodi, dan Achmad Noerzaman. Sebagian dari mereka adalah arsitek yang terlibat dalam pengembangan Banyuwangi selama beberapa tahun terakhir.

Arsitek Yori Antar, mengapresiasi keberanian Banyuwangi untuk menjadikan arsitektur sebagai ujung tombak pembangunan. Ia sendiri pernah mendesain sejumlah ruang terbuka hijau dan destinasi wisata di Banyuwangi.

"Banyuwangi membuat arsitektur tidak berjarak dengan masyarakat. Arsitektur dan masyarakat menjadi generator kemajuan daerah jika bersinergi dengan baik," ucapnya. 

 

 

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengatakan bahwa arsitektur nusantara bukan semata karya seni semata, melainkan juga instrumen untuk mendorong kemajuan daerah. Arsitektur dan pariwisata punya keterkaitan erat.

"Arsitektur telah menjaga keberlanjutan seni-budaya dan tradisi nusantara, sekaligus pendorong ekonomi daerah dengan banyaknya orang yang datang berkunjung," kata Anas, yang merupakan peraih penghargaan Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI).

Dirinya pun mencontohkan sejumlah ikon baru di Banyuwangi yang dibangun dengan pendekatan arsitektur nusantara, dalam hal ini mengadopsi budaya khas Suku Osing--masyarakat asli Banyuwangi. Beberapa tempat yang telah mengadopsi desain ini antara lain terminal bandara, lansekap destinasi wisata, hotel, ruang terbuka hijau, bangunan pemerintah, industri, serta lembaga pendidikan dan kesehatan.

"Semua wajib memasukkan unsur budaya lokal, termasuk arsitektur khas Suku Osing. Terbukti itu disukai dan menarik perhatian wisatawan," ujar Anas.

 

Selain mengikuti pameran karya arsitektur dan berbagai sesi diskusi, arsitek dari berbagai daerah itu diajak berkeliling mengunjungi sejumlah bangunan di Banyuwangi yang didesain para arsitek kondang Indonesia.

Festival Arsitektur Nusantara digelar berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), PT Propan Raya, dan komunitas Arsitek Muda Banyuwangi (AMB).

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya