Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menegaskan komitmen untuk terus mendorong peningkatan produktivitas dan ekspansi bisnis industri dalam negeri termasuk industri keramik.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menekankan keberpihakan pemerintah melalui berbagai kebijakan, seperti menaikan PPh 22 terhadap barang impor di industri keramik.
Advertisement
"Keberpihakan pemerintah jelas. Kita telah menaikkan PPh 22 terhadap barang impor di industri keramik menjadi 7,5 persen," kata dia, dalam Pembukaan 'Pameran Keramika 2019', di JCC, Jakarta, Kamis (14/3/2018).
Selain itu, lanjut Airlangga, pemerintah pun sudah mengeluarkan kebijakan safeguard terhadap barang-barang impor keramik. Tentu dengan harapan dapat membuat industry lebih bergairah.
"Besarnya 23 persen. Jadi sekarang sudah tidak ada alasan industri tidak bisa meningkatkan kapasitas produksinya," ujar dia.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa satu kendala yang masih harus dihadapi oleh industri keramik dalam negeri adalah terkait harga gas yang masih mahal.
"Jadi terhadap barang impor sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, tapi harga gas yang relatif tinggi dikompensasi dengan kebijakan-kebijakan tadi," jelas dia.
Selain itu, pemerintah akan terus berupaya untuk mendorong kinerja industri keramik terutama untuk memperluas pasar ekspor.
"Keramik itu kan seperti semen. Pasarnya regional. Tidak bisa terlalu jauh, karena freight cost sangat memengaruhi. Oleh karena itu kita harus bersaing terhadap kualitas," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
RI Kejar Ketertinggalan Desain Produk Industri dari Thailand
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggenjot peningkatan desain produk industri dalam negeri. Hal ini guna mengejar ketertinggalan dari negara pesaing di kawasan ASEAN yaitu Thailand.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan, jika dibandingkan dengan Vietnam dan Malaysia, desain produk industri Indonesia masih menang. Namun sayangnya dalam hal ini, Indonesia kalah dengan Thailand.
Baca Juga
"Pesaing kita di ASEAN itu Thailand. Vietnam masih di belakang kita. Dengan Malaysia, kita sudah lebih maju. Yang kita mau kejar Thailand. Makanya kita sering kerjasama dengan Taiwan, Korea, dan Jepang. Itu untuk desain industri secara umum," ujar dia di Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Dia mengungkapkan, sebenarnya dalam segi variasi desain produk industri, khususnya IKM, Indonesia menang dari Thailand. Sebab, Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang lebih variatif ketimbang Negeri Gajah Putih tersebut.
"Untuk kerajinan tangan kita menang, karena kita banyak variasinya. Mereka tidak punya rotan. Memang mereka untuk keramik, bambu, perhiasan oke, tapi mereka tidak punya mutiara. Untuk variasi kita menang, tapi untuk desainnya mereka lebih maju sedikit," jelas dia.
Advertisement