Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) bakal meningkatkan produksi keramik nasional. Pada tahun ini, produksi ditargetkan naik hingga 440 juta meter persegi.
"Tahun ini kita harapkan kapasitas (produksi) nasional akan meningkat 420 sampai 440 juta. Sebelumnya 370 sampai 380 juta. Ini optimisme baru," kata Ketua Umum Asaki, Edy Susanto, di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Advertisement
Dia optimistis, target tersebut bisa dicapai dengan dukungan dari pemerintah lewat berbagai kebijakan, terutama untuk menekan barang impor di industri keramik, salah satunya kebijakan safeguard.
"Harapan kami, setelah safeguard jalan dari Oktober 2018, tahun pertama 23 persen tahun kedua 21 persen, tahun ketiga 19 persen, keliatan nih di keramik ada antusiasme baru," ungkapnya.
Optimisme industri keramik tersebut, dapat dilihat dari keterlibatan para pelaku usaha pada Pameran Keramika, yang diselenggarakan, di JCC.
"Dihadiri lebih dari 35 perusahaan keramik dalam negeri. Tahun lalu dan 2 tahun lalu lebih sepi, karena kondisi tidak memungkinkan. Dengan safeguard muncul optimisme baru. Semua berbondong-bondong ikut kembali perkenalkan produk mereka," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Bentuk Dukungan Pemerintah ke Industri Keramik Nasional
Pemerintah menegaskan komitmen untuk terus mendorong peningkatan produktivitas dan ekspansi bisnis industri dalam negeri termasuk industri keramik.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menekankan keberpihakan pemerintah melalui berbagai kebijakan, seperti menaikan PPh 22 terhadap barang impor di industri keramik.
"Keberpihakan pemerintah jelas. Kita telah menaikkan PPh 22 terhadap barang impor di industri keramik menjadi 7,5 persen," kata dia, dalam Pembukaan 'Pameran Keramika 2019', di JCC, Jakarta, Kamis (14/3/2018).
Selain itu, lanjut Airlangga, pemerintah pun sudah mengeluarkan kebijakan safeguard terhadap barang-barang impor keramik. Tentu dengan harapan dapat membuat industry lebih bergairah.
"Besarnya 23 persen. Jadi sekarang sudah tidak ada alasan industri tidak bisa meningkatkan kapasitas produksinya," ujar dia.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa satu kendala yang masih harus dihadapi oleh industri keramik dalam negeri adalah terkait harga gas yang masih mahal.
"Jadi terhadap barang impor sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, tapi harga gas yang relatif tinggi dikompensasi dengan kebijakan-kebijakan tadi," jelas dia.
Selain itu, pemerintah akan terus berupaya untuk mendorong kinerja industri keramik terutama untuk memperluas pasar ekspor.
"Keramik itu kan seperti semen. Pasarnya regional. Tidak bisa terlalu jauh, karena freight cost sangat memengaruhi. Oleh karena itu kita harus bersaing terhadap kualitas," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement