Liputan6.com, Jakarta - Bom di Sibolga, Sumatera Utara berhenti meledak, bukan berarti pergerakan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri berhenti. Sejumlah terduga teroris diringkus di sejumlah tampat pada Kamis 14 Maret 2019.
Dua di antaranya merupakan teman dari Husain alias Abu Hamzah, teroris Sibolga. Masing-masing berinisial AK alias Ameng alias Abu Halimah dan ZP alias Ogek Zul. Keduanya merupakan teman terduga teroris, Husain alias Abu Hamzah yang lebih dulu ditangkap di Sibolga.
Advertisement
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, Ameng ditangkap di Jalan Kutilang, Kecamatan, Sibolga Selatan. Dia berperan sebagai penyandang dana dalam kelompok Sibolga.
"Dia penyandang dana untuk membeli berbagai kebutuhan untuk merakit bom, sebesar Rp 15 juta," ujar Dedi soal penangkapan terduga teroris itu di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2019).
Dari tangan Ameng, kepolisian menyita barang bukti berupa satu buah rompi berisi 10 bom pipa dan satu kardus berisi bahan peledak yang masih diperiksa di laboratorium forensik.
Sementara Ogek yang ditangkap di Jalan Singsingmangaraja, Kota Sibolga, berperan aktif dalam merencakan amaliah. Dia juga turut menyimpan bahan peledak.
Setidaknya, ada sekitar 300 kilogram bahan peledak yang diamankan polisi dari para terduga teroris itu. "Ini cukup besar," kata Dedi.
Densus 88 Antiteror Polri juga meringkus terduga teroris di Kelurahan Bagan Kota, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pagi tadi. Pria berinisial RG alias Riky alias Abu Riky itu sehari-harinya berprofesi sebagai penjual makaroni.
"Telah ditangkap satu terduga teroris di Rokan Hilir, Riau pada sekitar pukul 08.25 WIB tadi oleh tim Densus 88 AT Polri di-back up Brimob Polda Riau dan Polres Rohil. Pekerjaan yang bersangkutan wiraswasta atau penjual makaroni," ujar Dedi.
Penangkapan dilakukan saat terduga teroris berusia 25 tahun itu hendak membeli sarapan di Jalan Utama Kelurahan Bagan Kota. Selanjutnya, aparat menggeledah rumah Riky di Jalan Pratomo, Kelurahan Bagan Kota untuk mencari barang bukti.
Dalam operasi itu, kepolisian menyita barang bukti berupa 8 anak panah, busur panah, facetarget, 2 ponsel, stunt gun, jaket dan topi tactical, buku rekening, charger ponsel dan laptop, serta tas warna hitam.
Selanjutnya, terduga pelaku dan barang bukti dibawa ke Mapolda Riau untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Situasi selama kegiatan (penangkapan dan penggeledahan) berlangsung aman," ucap Dedi soal penangkapan terduga teroris di Riau.
Polisi tengah mendalami keterlibatan terduga teroris Riau berinisial RG alias Riky alias Abu Riky dalam kasus ledakan di Parkir Timur Senayan, Jakarta saat nobar debat capres jilid II pada 17 Februari lalu. Pria yang berprofesi sebagai penjual makaroni itu diduga terlibat dalam jaringan terorisme.
Dedi membeberkan beberapa keterlibatan Abu Riky dalam kasus terorisme. Rata-rata, dia melakukan propaganda melalui media sosial.
"Dia mengunggah video TKP ledakan di Parkiran Timur Senayan (Minggu, 17 Februari 2019) ke Group Channel Media Khilafah," ujar Dedi dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Namun, polisi belum bisa menyimpulkan lebih jauh keterkaitan Abu Riky dengan teror petasan yang meledak saat nobar debat capres itu.
Abu Riky juga memposting poster propaganda bergambar poster ISIS di Filipina serta ungkapan kebencian terhadap Densus 88 ke dua grup media sosial. Pria berusia 25 tahun itu juga aktif di beberapa channel dan grup yang banyak berisi propaganda ISIS.
"Dia juga mengarahkan anggota grup WA untuk melakukan amaliah dengan sasaran aparat keamanan khususnya polisi," ucap Dedi soal profil teroris Riau.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cari 3 Anak Teroris Sibolga
Keberadaan tiga anak terduga teroris, Husain alias Abu Hamzah pascaledakan bom di rumahnya di Sibolga, Sumatera Utara masih misteri. Polisi baru mengidentifikasi dua jasad istri dan anak bungsu Husain akibat bom bonuh diri Rabu 13 Maret 2019 dini hari.
"Belum diketahui. Yang jelas jasadnya (teridentifikasi) cuma dua. Yang tiga itu apakah melarikan diri lewat belakang atau ke mana kita belum tahu, masih didalami," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Pengakuan terduga teroris Sibolga kepada penyidik, dia memiliki empat orang anak, masing-masing berinisial H (18), A (16), S (11), dan H (2). Sementara saat ini, polisi baru mengidentifikasi dua jasad yakni istri Husain dan anak bungsunya yang masih balita.
Lebih lanjut, polisi akan memberikan perlindungan dan penanganan khusus terhadap ketiga anak Husain saat ditemukan dalam kondisi hidup nanti. Sebab, rata-rata usianya masih di bawah umur.
"Pasti akan dilindungi. Kalau anak-anak itu perlakuannya khusus," kata Dedi.
Jenderal bintang satu itu kemudian menyontohkan penanganan anak teroris Surabaya yang selamat dari bom bunuh diri orangtuanya. Selain soal keamanan, negara menjamin pendidikannya.
"Kita juga istilahnya nanti dari BNPT juga ikut membantu untuk proses pendidikannya, merecovery dari sisi mental dan psikologisnya, akan dikontraradikalisasi," ucap Dedi soal teroris Sibolga.
Advertisement
Sel JAD Selalu Tumbuh?
Densus 88 Antiteror Polri menangkap terduga teroris bernama Husain alias Abu Hamzah (AH) di Sibolga, Sumatera Utara. Diduga kuat pelaku termasuk jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta semua pihak tetap waspada. Meski, secara organisasi JAD telah bubar bukan berarti sel-sel juga ikut bubar atau mati.
"Mereka ini memang lebih kuat di ideologi sehingga walaupun kita merasa barangnya habis tapi sel-selnya selalu tumbuh. Nah, sel-sel inilah yang menyebar sehingga jangan mengatakan bahwa oh gak ada lagi," ucap Moeldoko di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2019).
"Memang secara organisasi tidak, tapi secara ideologis tetap tumbuh," Moeldoko melanjutkan.
Moeldoko mengatakan, yang terjadi sekarang bahkan banyak teroris yang terikat lagi dengan organisasi. Artinya, melakukan teror atas keyakinan sendiri. Misalnya aksi teror yang terjadi di Surabaya beberapa waktu lalu.
"Sangat mungkin terjadi. Beberapa kejadian putus dari struktur. Seperti teror di Surabaya setelah diselidiki nonstruktur," ucap dia.
Saat ini, pihak kepolisian pun sedang menyelidiki apakah teroris yang ditangkap di Sibolga juga demikian.
"Di Sibolga kecendrungannya ikut jaringan ISIS tapi jaringan komando lagi di dalami," tandas dia.