Liputan6.com, Jakarta - Ekonom prediksi Indonesia kembali catat neraca perdagangan defisit sebesar USD 841 juta pada Februari dari periode Januari yang defisit USD 1,16 miliar.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, neraca perdagangan Februari diperkirakan defisit USD 841 juta pada Februari. Laju kinerja ekspor diperkirakan masih terkontraksi -4,07 persen year on year (YoY) dan laju impor diperkirakan tumbuh sekitar 0,9 persen YoY.
"Kinerja ekspor Februari masih terkontraksi yang dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara yang tercatat turun -3,2 persen month on month meski pun beberapa komoditas lainnya secara naik," ujar Josua, dalam catatannya, Jumat (15/3/2019).
Baca Juga
Advertisement
Adapun harga komoditas yang naik itu antara lain crude palm oil (CPO) sebesar 2,6 persen MoM, karet alam yang naik 2,8 persen MoM.
Namun demikian, volume ekspor diperkirakan turun seiring tren penurunan aktivitas manufaktur dari beberapa mitra dagang utama Indonesia antara lain zona Euro, Amerika Serikat, Jepang, India dan beberapa negara ASEAN.
Defisit Neraca Dagang Januari
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD 1,16 miliar pada Januari 2019.
Defisit neraca dagang tersebut salah satunya disebabkan oleh turunnya ekspor Indonesia di awal tahun.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Januari 2019, total ekspor Indonesia sebesar USD 13,87 miliar. Angka ini turun 4,74 persen dibandingkan Januari 2018 yang sebesar USD 14,55 miliar dan Desember 2018 yang sebesar USD 14,33 miliar.
Sementara untuk impor, pada Januari 2019 tercatat sebesar USD 15,03 miliar. Angka ini juga turun 2,19 persen dibandingkan Desember 2018.
"Maka necara perdagangan pada Januari 2019 mengalami defisit sebesar USD 1,16 miliar," ujar dia di Kantor BPS Jakarta, Jumat 15 Februari 2019.
Suhariyanto menyatakan, defisit neraca dagang pada Januari 2019 ini sedikit meningkat dibandingkan dengan defisit pada Desember 2018 yang sebesar USD 1,03 miliar.
"Defisit di Januari 2019 ini disebabkan oleh defisit migas sebesar USD 454 juta dan juga defisit nonmigas sebesar USD 704 juta," kata dia.
Selain itu, menurut dia, dari Desember 2018 ke Januari 2019, harga beberapa komoditas nomigas mengalami kenaikan, tapi ada juga yang menurun.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement