Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) melonjak sepanjang tahun berjalan 2019. Kabar Standard Chartered, salah satu pemegang saham PT Bank Permata Tbk akan melepas saham Bank Permata menjadi katalis penguatan saham PT Bank Permata Tbk.
Mengutip data RTI, Jumat (15/3/2019), saham PT Bank Permata Tbk sudah melonjak 76 persen ke posisi Rp 1.100 per saham sepanjang tahun berjalan. Saham BNLI mencatatkan posisi tertinggi 1.280 dan terendah 595 per saham. Volume perdagangan saham sekitar 5,56 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 5,6 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 177.779 kali.
Pada perdagangan saham sesi pertama Jumat 15 Maret 2019, saham PT Bank Permata Tbk turun 2,73 persen ke posisi 1.070 per saham dari penutupan perdagangan kemarin di posisi 1.100 per saham.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Riset PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo menuturkan, Standard Chartered yang genggam saham BNLI sekitar 44,56 persen beri sinyal lepas saham Bank Permata menjadi katalis untuk pergerakan saham Bank Permata. Standard Chartered dinilai akan fokus ke negara lain dan memperkuat rasio cadangan modalnya.
Henry menilai, katalis itu menjadi harapan ada kenaikan harga saham PT Bank Permata Tbk. Bila aksi merger dan akuisisi saham Bank Permata terjadi, Henry prediksi ada potensi kenaikan valuasi saham Bank Permata. Hal ini juga yang sebelumnya terjadi pada aksi merger dan akuisisi sektor bank yaitu Bank Danamon dan BTPN.
Seperti diketahui, The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ (MUFG) telah meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Bank Danamon Indonesia Tbk menjadi 40 persen pada Agustus 2018. Sementara itu, BTPN resmi merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia pada 1 Februari 2019. BTPN baru membuat Sumitomo Mitsui Bank Corporation kuasai 96,89 persen saham BTPN.
"Kami melihat potensi pembelian saham Bank Permata bila terjadi merger dan akuisisi akan meningkatkan saham dari sekarang sekitar 1.100 per saham itu sekitar 1,3 kali price book value (pbv) menjadi sekitar dua kali dari pbv. Sedangkan untuk target harga saham 1.400 hingga akhir 2019," ujar Henry saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Jumat (15/3/2019).
Selain itu, Henry menilai, kinerja Bank Permata yang membaik juga menjadi sentimen positif. Bank Permata menurut Henry, juga memperkuat penyaluran pinjaman untuk segmen usaha kecil dan menengah. "Bank Permata sejak 2016 sudah bersih-bersih dengan write off Rp 6 triliun. Aset kuat, turn around bisa bagus. Pinjaman SME juga diperkuat," tutur Henry.
Selanjutnya
Bila melihat kinerja Bank Permata, ada perbaikan pada 2018. Laba bersih Bank Permata tumbuh sekitar 16,95 persen menjadi Rp 901,25 miliar pada 2018 dari periode 2017 sebesar Rp 748,43 miliar.
Namun, pendapatan turun menjadi sekitar Rp 7,36 triliun pada 2018 dari periode 2017 sebesar Rp 8,5 triliun.
Melihat kinerja laba perseroan sejak 2015, pencapaian 2018 termasuk tertinggi. Pada 2015, laba bersih perseroan sempat merosot dari Rp 1,58 triliun pada 2014 menjadi Rp 247,11 miliar pada 2015. Kemudian 2016 tercatat rugi Rp 6,48 triliun karena kenaikan kerugian penurunan aset nilai keuangan 232 persen menjadi Rp 12,2 triliun dari sebelumnya Rp 3,67 triliun.Kinerja PT Bank Pertama Tbk membaik pada 2017 dengan pencapaian laba Rp 748,43 miliar.
Seperti diketahui, sejumlah nama bank baik asing terutama dari Jepang dan lokal dikabarkan berminat beli saham PT Bank Permata Tbk yang dimiliki oleh Standard Chartered.
Henry menuturkan, bank asing mengincar bank-bank di Indonesia lantaran net interest margin (NIM) bank di Indonesia yang menarik. NIM yang dihasilkan oleh bank-bank di Indonesia termasuk besar di antara negara-negara ASEAN.
NIM atau margin bunga bersih ini merupakan selisih antara suku bunga kredit yang diberi bank dengan suku bunga yang dibayar kepada pemilik dana pihak ketiga dalam bentuk pinjaman dan simpanan. Makin besar NIM menunjukkan potensi keuntungan bank dari dana yang disalurkan makin besar.
"NIM bank di Indonesia capai 5 persen. Ini sangat atraktif bagi bank asing," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement