Panglima dan Kapolri Tinggalkan Riau, Titik Api Bertebaran Lagi

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada Rabu, 13 Maret 2019, datang ke Provinsi Riau untuk meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan.

oleh M Syukur diperbarui 16 Mar 2019, 05:00 WIB
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendarat di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada Rabu, 13 Maret 2019, datang ke Provinsi Riau untuk meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Salah satunya di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, karena daerah itu paling parah terbakar tahun ini.

Saat peninjauan berlangsung, situasi Karhutla Riau memang mereda karena titik panas atau hotspot turun drastis. Ditambah turunnya hujan bersifat lokal di berbagai kabupaten, termasuk daerah terbakar.

Kehadiran kedua pimpinan tertinggi di tentara dan kepolisian itu memang ditunggu. Terutama evaluasi penanganan Karhutla dan ancaman pencopotan terhadap Kapolda ataupun Danrem hingga satuan wilayah seperti Kapolres serta Dandim yang wilayahnya terbakar.

Hanya saja, pertemuan keduanya dengan jajaran di bawahnya, termasuk perangkat Satgas Karhutla Riau berlangsung tertutup di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Lokasi pertemuan diminta 'steril' dari jurnalis, meskipun sempat diberi kesempatan mengabadikan ketika keduanya turun dari pesawat.

"Sterilkan wilayah ini ya," ucap seorang perwira TNI dari Jakarta kepada beberapa perwira yang TNI yang bertugas di Lanud.

Tanpa ada konferensi pers ataupun kesempatan doorstop, beberapa wartawan akhirnya pulang begitu mengetahui Marsekal Hadi dan Jenderal Tito sudah naik helikopter untuk meninjau sisa Karhutla di Rupat.

Beberapa wartawan yang masih penasaran dengan hasil peninjauan Karhutla di Riau, mencoba datang ke Universitas Muhammadiyah Riau pada Rabu petang. Di sana kedua jenderal itu akan mengisi kuliah umum dan meresmikan pembukaan kegiatan kampus di belakang Mal SKA itu.

Lagi-lagi tidak ada kesempatan mengenai hasil tinjauan Panglima dan Kapolri serta evaluasi bagi bawahannya ke depan agar Karhutla tidak meluas. Pengaman keduanya dengan sigap 'menghalangi' wartawan dengan alasan masih banyak agenda lain.

Setelah beberapa agenda di Pekanbaru, akhirnya keduanya pulang meninggalkan Riau, Kamis siang, 14 Maret 2019. Tak lama kemudian, ada sebuah rilis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menyatakan kondisi udara di Riau mulai membaik dan titik panas mulai menurun.


Bengkalis Banyak Titik Api

Peta sebaran titik panas dan titik api di Pulau Sumatera dari BMKG Pekanbaru. (Liputan6.com/Istimewa/M Syukur)

Hanya saja pada Kamis petang, titik panas sebagai indikasi Karhutla di Riau naik lagi. Data yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ada 28 hotspot di Riau, sementara secara umum di Pulau Sumatera ada 42 titik.

Dari 28 hotspot itu, hasil pencitraan satelit yang digunakan BMKG menyatakan ada 17 titik api atau firespot dengan level kepercayaan di atas 70 persen sebagai indikasi telah terjadi kebakaran lahan.

Dari semua titik api itu, paling banyak terdapat di Kabupaten Bengkalis 6 titik, Indragiri Hulu 4 titik, Pelalawan 5 titik, dan Rokan Hilir 2 titik.

Memasuki Jumat, (15/3/2019), titik panas itu tidak juga berkurang malah kian naik. Berdasarkan pantauan satelit yang digunakan BMKG, ada 35 titik panas di Riau yang tersebar di beberapa kabupaten. Sementara keseluruhan titik panas di Pulau Sumatera ada 49.

Dari 35 titik panas itu, 24 di antaranya merupakan titik api dengan level kepercayaan di atas 70 persen sebagai indikasi telah terjadi kebakaran. Bengkalis masih paling banyak dengan 13 titik, Pelalawan lima titik, Indragiri Hulu empat dan Rokan Hilir dua titik.

Berdasarkan data yang diterima, BMKG memprakirakan tidak akan turun hujan di Riau. Pasalnya dari pagi hingga dini hari Sabtu, (16/3/2019), cuaca di Riau cerah hingga berawan.

 


Bentuk Tim Khusus

Sisa kebakaran lahan di Pulau Rupat yang masih mengeluarkan asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut penanganan Karhutla setiap tahunnya menelan biaya Rp 1 triliun. Dia pun menyebut langkah pencegahan lebih hemat dari pemadaman.

Kedepannya, Sutopo menyebut Kepala BNPB Doni Monardo membentuk tim khusus pencegahan Karhutla yang terdiri dari TNI, Polri, pemerintah serta komponen masyarakat termasuk para pakar, akademisi, komunitas, budayawan, pemuka agama, hingga media massa.

Tim ini nantinya memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan membuat sebuah konsep agar pemberdayaan serta pelibatan masyarakat menjadi prioritas dalam pencegahan Karhutla.

Untuk penanganan Karhutla di Riau, Sutopo menyebut operasi pemadaman dilakukan melalui darat dan udara. Satgas udara mengoperasikan 11 helikopter dan 1 pesawat untuk patroli serta pengeboman air ataupun teknologi modifikasi cuaca (TMC).

TMC yang dilakukan oleh tim BPPT menggunakan pesawat Cassa 212 telah menggelontorkan 1.600 kg garam (NaCl) di awan. Sortie tabur garam pertama di wilayah Pelalawan dan Indragiri Hilir sebanyak 800 kg dan sisanya di Bengkalis dan Siak.

"Total NaCl yang telah dijatuhkan di wilayah Riau hingga Rabu (13/3/2019) sebanyak 19.000 kg. TMC ini merupakan kerja sama antara BNPB, BPPT dan TNI AU," kata Sutopo.

Hingga kini, lahan terbakar di Riau selama tahun 2019 sudah mencapai 1.823,91 hektare (ha). Paling luas terjadi di Bengkalis seluas 1.015,5 ha, berikutnya Rokan Hilir 254,5 ha Meranti 215,4 ha, Dumai 133 ha, Siak 70,75 ha, Indragiri Hilir 48 ha, Pelalawan 43 ha, Pekanbaru 21,76 ha, Kampar 19,5 ha, dan Indragiri Hulu 1,5 ha.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya