Tren Tingkat Pengangguran di RI Menurun

Debat ketiga Pilpres kali ini bicara soal pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mar 2019, 11:26 WIB
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung dan jalan di Jakarta, Sabtu (10/11). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mensertifikasi 3.255 tenaga kerja konstruksi. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat ketiga dalam rangka pemilihan presiden (Pilpres) 2019 pada Minggu 17 Maret 2019.

Pada debat ketiga kali ini akan diikut oleh dua calon wakil presien (cawapres) saja yaitu Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Debat ketiga kali ini bicara soal pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya.

Sebelum melihat debat ketiga tersebut, yuk mari melihat bagaimana data pengangguran dan tenaga kerja di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka cenderung turun. Data terakhir menunjukkan, hingga Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,34 persen. Angka ini memang naik kalau dibandingkan Februari 2018 di posisi 5,13 persen.

Sedangkan dilihat dari Agustus 2012 cenderung merosot. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tercatat 6 persen, kemudian pada Februari 2013 di posisi 5,88 persen. Kembali naik pada Agustus 2013 menjadi 6,17 persen. TPT kembali merosot menjadi 5,7 persen pada Februari 2014 dan Agustus 2014, TPT mencapai 5,04 persen.

TPT kembali turun mencapai 5,81 persen pad Februari 2015 dan Agustus 2015 kembali naik menjadi 6,18 persen.

Lalu pada Februari 2016, TPT turun menjadi 5,5 persen dan Agustus 2016 mencapai sebesar 5,6 persen. Angka TPT pun kembali turun menjadi 5,33 persen pada Februari 2017 dan Agustus 2017 sebesar 5,5 persen. Lalu TPT kembali merosot menjadi 5,13 persen pada Februari 2018 dan hingga Agustus 2018 naik menjadi 5,34 persen.

Adapun TPT ini merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Berdasarkan data BPS menunjukkan tingkat pengangguran mencapai 7 juta pengangguran hingga Agusttus 2018. Angka ini naik tipis dari periode Februari 2018 sebesar 6,87 juta. Kemudian pada Agustus 2017 sebesar 7,04 juta dan Februari 2017 sebesar 7,01 juta.

Pada Agustus 2016, tingkat pengguran mencapai 7,02 juta. Angka ini sama dengan Februari 2016 sebesar 7,02 juta. Angka tersebut turun dari posisi Agustus 2015, pengangguran mencapai 7,56 juta orang dan Februari 2015 sebesar 7,45 juta.

Pada Agustus 2014, tingkat pengangguran 7,24 juta dan Februari 2014 sebesar 7,15 juta. Sementara itu, Agustus 2013, tingkat pengangguran 7,41 juta dan Februari 2013 sebesar 7,24 juta. Agustus 2012, tingkat pengangguran sebesar 7,35 juta.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, turunnya tingkat pengangguran didukung sektor riil yang bergerak dapat menyerap tenaga kerja. Sektor riil tersebut bergerak didukung kebijakan stimus dan insentif fiskal pemerintah.

Akan tetapi, Josua mengingatkan kalau tingkat pengangguran terbuka trennya menurun, tetapi pengangguran juga tinggi di pedesaan ketimbang perkotaan.

Melihat data BPS menunjukkan, penduduk bekerja yang berdasarkan lapangan kerjanya yang alami penurunan dari sektor pertanian 0,89 persen, jasa lainnya 0,11 persen dan jasa pendidikan 0,05 persen, hingga Agustus 2018.

"Tingkat pengangguran di pedesaan cukup tinggi dari perkotaan. Indikasi juga ada migrasi dan dampak dari urbanisasi karena berkembangnya industri di perkotaan,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

 


Selanjutnya

Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung dan jalan di Jakarta, Sabtu (10/11). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mensertifikasi 3.255 tenaga kerja konstruksi. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Lebih lanjut ia menuturkan, saat ini tenaga kerja di sektor pertanian banyak ditinggalkan. Hal ini mengingat mungkin belum tercapainya kesejahteraan di sektor pertanian. Padahal desa punya potensi besar demikian juga sektor pertanian.

"Pemberdayaan daerah dan di desa perlu diprioritaskan. Perlu ada kebijakan riil  dan pro petani untuk berdayakan petani dan ada insentif untuk perhatikan kesejahteraan petani,” kata dia.

Josua menuturkan, pemerintah memang telah memiliki program dana desa untuk meningkatkan ekonomi desa dan daerah tertinggal. Ia mengharapkan program tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan di pedesaan sehingga masyarakat juga tidak meninggalkan sektor pertanian.

Selain itu, Josua juga menyoroti soal produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Produktivitas tenaga kerja di Indonesia dinilai masih kurang dibandingkan China, Vietnam, dan Thailand. Padahal biaya tenaga kerja di Indonesia cukup mahal. Menurut Josua, hal itu juga menjadi perhatian investor untuk berinvestasi di Indonesia.

"Rasio cost produktivitas sangat tinggi. Cost besar tidak diikuti dengan produktivitas. Ini salah satu concern industri. Selain masalah izin, ketenagakerjaan juga tidak produktif, gaji kemahalan, ini kunci produktivitas sehingga harapan bisa bersaing. Investor bisa membandingkan kondisi di sini dengan negara lain,” kata dia.

Selain itu, ia menilai, pendidikan vokasi yang sudah digencarkan pemerintah cukup baik. Ini untuk menghubungkan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan industri. "Industri dalam negeri akan lebih mudah mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan, sehingga ini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat,” kata dia.

 


Data Jumlah Angkatan Kerja dan Bekerja

Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung dan jalan di Jakarta, Sabtu (10/11). Tenaga kerja peraih sertifikat Kementerian PUPR meliputi tukang, mandor, drafter, surveyor, operator pelaksana dan pengawas. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Lalu bagaimana dengan data angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja?

Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja terus meningkat. Penduduk yang termasuk angkatan kerja ini merupakan penduduk usia kerja (15 tahun lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Sedangkan bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit satu jam atau tidak terputus dalam seminggu lalu.

Kegiatan itu termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam usaha dan kegiatan ekonomi. 

Jumlah angkatan kerja Agustus 2012: mencapai 119,85 juta

Jumlah penduduk bekerja Agustus 2012: 112,50 juta

Jumlah angkatan kerja Februari 2013: 123,17 juta

Jumlah penduduk bekerja Februari 2013: mencapai 115,93 juta

Jumlah angkatan kerja Agustus 2013: 120,17 juta

Jumlah penduduk bekerja Agustus 2013 mencapai 112,76 juta

Jumlah angkatan kerja Februari 2014: mencapai 125,32 juta

Jumlah penduduk bekerja Februari 2014: mencapai 118,17 juta

Jumlah angkatan kerja Agustus 2014: mencapai 121,87 juta

Jumlah penduduk bekerja Agustus 2014:mencapai 114,63 juta

Jumlah angkatan kerja Februari 2015 :mencapai 128,30 juta

Jumlah penduduk bekerja Februari 2015: mencapai 120,85 juta

Jumlah angkatan kerja Agustus 2015: mencapai 122,38 juta

Jumlah penduduk bekerja Agustus 2015: mencapai 120,65 juta

 

 


Selanjutnya

Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung dan jalan di Jakarta, Sabtu (10/11). Selain memberi sertifikasi, Kementerian PUPR juga memberi bimbingan teknis keahlian kepada 208 peserta. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Jumlah angkatan kerja Februari 2016: mencapai 127,67 juta

Jumlah penduduk bekerja Februari 2016: mencapai 120,65 juta

Jumlah angkatan kerja Agustus 2016: mencapai 123,44 juta

Jumlah penduduk bekerja Agustus 2016: mencapai 118,41 juta

Jumlah angkatan bekerja Februari 2017: mencapai 131,55 juta

Jumlah penduduk bekerja Februari 2017: mencapai 124,54 juta

Jumlah angkatan bekerja Februari 2018: mencapai 133,94 juta

Jumlah penduduk bekerja Februari 2018: mencapai 127,07 juta

Jumlah angkatan kerja Agustus 2018: mencapai 131,01 juta

Jumlah penduduk bekerja Agustus 2018: mencapai 124,01 juta

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya