Harapan Pengusaha pada Kedua Cawapres Soal Tenaga Kerja

Saat ini tenaga kerja di Indonesia mayoritas masih didominasi oleh para pekerja di sektor informal.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Mar 2019, 16:30 WIB
Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Tenaga kerja menjadi salah satu tema yang akan diangkat dalam debat calon wakil presiden (cawapres) yang berlangsung malam ini. Beragam harapan ditujukan kepada kedua kandidat yang akan beradu program yaitu Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Anton J Supit mengatakan, untuk tema ketenagakerjaan, pengusaha berharap kedua kandidat mampu menyelesaikan masalah minimnya penciptaan lapangan kerja di Tanah Air.‎

"Masalah paling utama ada bagaimana menciptakan lapangan kerja. Sebab dengan adanya lapangan pekerjaan, kemiskinan akan berkurang," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (17/3/2019).

Dia menjelaskan, saat ini tenaga kerja di Indonesia mayoritas masih didominasi oleh para pekerja di sektor informal. Selain itu, mayoritas masyarakat yang berpendidikan pendidikan rendah membuat kesulitan untuk masuk ke sektor formal.

‎"Sampai saat ini Informal labor masih tinggi, mendekati 60 persen, di bandingkan dengan formal labor sekitar 40-an persen. Juga berdasarkan pendidikan, sekitar 60-an persen maksimal pendidikan SD atau SMP," kata dia.

Oleh sebab itu, dia berharap kedua cawapres memiliki gagasan yang realistis untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia dan tidak hanya mengeluarkan janji yang populis namun sulit untuk diwujudkan.

"Jangan hanya bersifat populis sebab kita tidak punya banyak pilihan. Daripada menawarkan yang populis, lebih baik menawarkan program bagaimana meningkatkan kemampuan kompetensi tenaga kerja kita agar kesejahteraan di dapatkan dari produktivitas. Karena itu Vokasi menjadi penting," tandas dia


Survei SMRC: Masyarakat Puas dengan Ketersediaan Pekerjaan di Era Jokowi

Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Hasil survei yang digelar lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting menyatakan masyarakat puas dengan capaian pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) atas sejumlah indikator ekonomi. Contohnya dalam hal penyediaan lapangan kerja dan pengendalian nilai tukar rupiah.
 
Dalam survei tersebut, masyarakat menilai tren penyediaan lapangan kerja cenderung meningkat. Sedangkan yang menyatakan semakin buruk trennya cenderung menurun.
 
"Publik nasional juga merasakan soal lapangan kerja, pengangguran, pemerataan, dan kemiskinan semakin tertanggulangi hingga yang menilai keadaannya membaik lebih besar dari yang menilai sebaliknya," mengutip penjelasan hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting, Minggu (17/3/2019).
 
Selain itu, pemerintah juga dinilai mampu menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil di tengah kondisi ekonomi global yang penuh dengan tantangan.
 
"Secara khusus tentang kemampuan pemerintah mengendalikan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) juga cenderung makin positif, dari yang tadinya negatif, yang mengatakan bahwa pemerintah semakin baik dalam menjaga stabilitas kurs tersebut hanya 21 persen pada September 2018, lalu naik menjadi 31 persen pada Februari 2019. Yang mengatakan sebaliknya turun dari 29 persen ke 17 persen pada periode yang sama," ungkap survei tersebut. 
 
Namun yang masih harus dievaluasi yaitu soal ‎ kebutuhan pokok (sembako). Sebab dalam survei tersebut, yang merasakan sekarang lebih berat jumlahnya lebih banyak dari yang mengatakan sebaliknya.
 
Meski demikian, secara tren semakin positif bahkan pada survei terakhir, yang menyatakan lebih ringan lebih tinggi dari yang mengatakan lebih berat.
 
‎"Sementara untuk sektor-sektor sosial-ekonomi dan keamanan yang lain semuanya positif: dari kesehatan, penanggulangan narkoba, ancaman teroris hingga pembangunan infrastruktur dan pengendalian nilai tukar rupiah terhadap US Dolar," tandas survei tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya