Liputan6.com, California - Boeing akan meluncurkan pembaruan peranti lunak untuk pesawat 737 MAX, menyusul kecelakaan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang. Rencananya, pembaruan ini bakal dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.
Pabrik burung besi yang bermarkas di Chicago, Illinois, Amerika Serikat ini mengharapkan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) agar mau menyetujui perubahan desain untuk perangkat lunak (softaware) selambat-lambatnya April tahun ini.
Namun FAA menegaskan bahwa Boeing 737 MAX tidak akan terbang sampai pembaruan perangkat lunak dapat diuji dan diinstal.
Menurut pihak perusahaan Boeing, mereka sudah mulai mengerjakan upgrade itu setelah inisden jatuhnya Lion Air JT 610 pada Oktober 2018 yang juga menewaskan seluruh orang di dalamnya.
Baca Juga
Advertisement
Perangkat lunak yang nantinya akan diimplementasikan oleh Boeing mencakup pembaruan pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver. Ini adalah sistem anti-stalling otomatis Boeing 737 MAX yang dirancang untuk menjaga pesawat agar tidak mengalami kondisi stall.
Sistem ini akan menghentikan pesawat agar tak terlalu mengarah ke atas pada sudut yang terlalu tinggi, yang membuat pesawat bisa kehilangan daya angkatnya. Demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (17/3/2019).
Namun, ada insiden di mana pilot melaporkan bahwa MCAS membuat hidung pesawat turun ke bawah dalam beberapa menit setelah lepas landas. Hal tersebut diungkapkan melalui black box atau kotak hitam dari pesawat Ethiopian Airlines ET 302 yang jatuh pada pekan lalu.
Bureau of Enquiry and Analysis for Civil Aviation Safety (BEA) dari Prancis menerima data penerbangan dan perekam suara kokpit pada hari Kamis. Delegasi dari maskapai itu telah bergabung dengan para penyelidik di Paris yang bertugas mengungkap penyebab kecelakaan tersebut.
BEA bertanggung jawab atas pemeriksaan kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines, tetapi seorang juru bicara mengatakan analisis pertama bisa memakan waktu antara setengah hari dan beberapa hari ke depan, tergantung pada kondisi kotak.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengakuan Mengejutkan Pilot Boeing 737 MAX Sebelum Ethiopian Airlines Celaka
Pesawat Boeing 737 MAX kembali jadi sorotan setelah kecelakaan Ethiopian Airlines Minggu 10 Maret 2019 lalu. Itu adalah kecelakaan kedua yang terjadi dalam lima bulan, pasca-tragedi Lion Air JT 610.
Terkait musibah itu, belakangan, mengemuka laporan dari pilot Amerika yang melaporkan masalah dengan pesawat bikinan Boeing paling laris itu.
Setidaknya empat pilot melaporkan pengalamannya menerbangkan Boeing 737 MAX usai tragedi Lion Air pada Oktober 2018 lalu di Indonesia. Semua mengeluh bahwa pesawat tiba-tiba menukik ke bawah, demikian menurut dokumen yang ditinjau oleh AFP pada database keselamatan penerbangan.
Insiden itu tampaknya melibatkan sistem stabilisasi penerbangan yang dirancang untuk mencegah pesawat berhenti (stall), "MCAS," yang dilaporkan terjadi dalam kecelakaan fatal Lion Air yang menewaskan 189 orang tak lama setelah lepas landas.
Setelah kecelakaan terbaru pada Minggu 3 Maret 2019, di mana Boeing 737 MAX 8 lain dari Ethiopian Airlines jatuh 6 menit selepas tinggal landas, banyak maskapai penerbangan dan pemerintah di seluruh dunia mencekal operasional pesawat atau melarangnya mengudara di langit mereka -- termasuk Kanada yang baru saja mengambil langkah tersebut pada hari Rabu.
Federal Aviation Administration (FAA) atau Administrasi Penerbangan Federal, sehari sebelumnya pada hari Selasa, mengatakan tak ada alasan untuk mencekal pesawat Boeing 737 MAX, meskipun perusahaan pabrikan pesawat AS itu telah diminta memperbarui perangkat lunak penerbangan dan pelatihan di pesawat. Meski belakangan, AS memutuskan untuk mengandangkan MAX 8.
Sejauh ini, penyebab tragedi di Ethiopia belum ditentukan, meskipun kotak hitam dengan data penting dan rekaman pilot telah ditemukan, sehari setelah pesawat jatuh pada Senin 4 Maret.
Advertisement