Liputan6.com, California - Seorang astronom di Columbia University, David Kipping, berhipotesis bahwa peradaban alien mungkin secara tidak kelihatan telah menavigasi galaksi Bimasakti.
Menurutnya, makhluk ekstraterrestrial ini menembak laser ke lubang hitam biner (lubang hitam kembar yang saling mengorbit) agar bisa berkelana di dalam galaksi ini.
"Saat ini, pesawat ruang angkasa sudah menavigasi tata surya kita menggunakan wells gravitasi (tarikan gravitasi yang diberikan benda besar di angkasa luar) sebagai ketapel," katanya, seperti dikutip dari Live Science, Minggu (17/3/2019).
Pesawat ruang angkasa itu memasuki orbit di sekitar sebuah planet, melontarkan dirinya sedekat mungkin ke planet tersebut atau Bulan untuk menambah kecepatan, dan kemudian menggunakan energi tambahan ini untuk melakukan perjalanan lebih cepat menuju tujuan berikutnya.
Baca Juga
Advertisement
Dengan melakukan hal itu, pesawat menyedot sebagian kecil dari momentum planet melalui ruang hampa, meskipun pengaruhnya sangat kecil sehingga hampir tidak mungkin untuk diperhatikan.
Prinsip dasar serupa juga beroperasi di well gravitasi yang intens di sekitar lubang hitam. Tidak hanya menikung jalur benda padat, pesawat asing itu juga menerangi dirinya sendiri.
Jika foton atau partikel cahaya memasuki wilayah tertentu di sekitar lubang hitam, maka itu akan melakukan satu sirkuit parsial di sekitar lubang hitam dan terlempar kembali ke arah yang sama persis.
Fisikawan menyebut daerah-daerah itu sebagai gravitational mirror atau "cermin gravitasi", sedangkan foton yang terlempar kembali dinamakan boomerang foton atau "foton bumerang."
Foton bumerang bergerak dengan kecepatan cahaya, sehingga alien tidak mengambil kecepatan apa pun dari perjalanan mereka di sekitar lubang hitam, melainkan energi. Energi ini lalu memanfaatkan bentuk peningkatan dari panjang gelombang cahaya.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal pracetak arXiv pada 11 Maret, Kipping mengusulkan bahwa pesawat antariksa antarbintang dapat menembakkan laser ke "cermin gravitasi" dari lubang hitam yang bergerak cepat dalam sistem lubang hitam biner.
Ketika foton baru itu diberi energi dari laser yang berputar balik, foton dapat menyerapnya dan mengubah semua energi ekstra menjadi momentum --sebelum menembakkan foton kembali ke cermin.
Sistem ini, oleh Kipping disebut sebagai Halo Drive. Dengan sistem ini, semua energi bisa saja disedot dari lubang hitam sebagai bahan bakar pesawat alien, meski akan memiliki batas.
Pada titik tertentu, pesawat akan bergerak begitu cepat menjauh dari lubang hitam sehingga tidak akan menyerap energi cahaya yang cukup untuk menghimpun kecepatan tambahan.
Sebuah peradaban alien mungkin menggunakan sistem seperti ini untuk menavigasi Bimasakti, tulis Kipping.
"Ada banyak lubang hitam di sana. Jika demikian, mereka mungkin menyedot begitu banyak momentum dari lubang hitam sehingga akan mengacaukan orbitnya, dan kita mungkin bisa mendeteksi tanda-tanda peradaban alien dari orbit eksentrik lubang hitam biner," Kipping menutup.
Simak video pilihan berikut:
Ilmuwan Ingin Pakai Laser untuk Memandu Alien ke Bumi
Sementara itu, sebuah makalah baru yang diterbitkan pada 5 November 2018 dalam The Astrophysical Journal, memaparkan bahwa manusia mampu membangun laser inframerah yang cukup panas dan terang untuk memancing alien datang ke Bumi.
Teknologi ini harus berukuran cukup besar, tetapi masih nalar. Desain yang diusulkan oleh para peneliti akan membutuhkan 1 hingga 2 megawatt laser, dan paling tidak cermin utama berdiameter 100 kaki (30 meter).
"Kendati demikian, kami belum tahu apakah alien akan segera mengenali laser tersebut sebagai sinyal dari kehidupan manusia di Bumi," ujar James Clark, seorang mahasiswa pascasarjana di Massachusetts Institute of Technology dan penulis dalam penelitian ini.
"Namun, itu pasti akan menarik perhatian mereka (alien)," lanjutnya, seperti dilansir dari Live Science, Jumat 9 November 2018.
Tantangan besar untuk membangun mercusuar laser alien adalah bahwa Bumi bukan satu-satunya planet yang "hidup sendirian" di antariksa. Bumi merupakan salah satu dari delapan planet yang mengorbit matahari, sedangkan cahaya matahari akan jauh lebih terang daripada laser buatan manusia.
Dari perspektif astronom alien yang berjarak ratusan tahun cahaya, keseluruhan peradaban manusia dan jenis inframerah apa pun bakal tenggelam oleh sumber cahaya putih yang sangat besar di ruang galaksi kita.
Pembuatan laser raksasa itu, kata Clark, tidak ditujukan untuk memancarkan secercah sinar dalam kegelapan bagi alien, tapi bagaimana caranya agar matahari terlihat cukup aneh dari perspektif alien.
"Kawanan alien yang berada di angkasa luar mungkin telah memperhatikan bahwa matahari kita dikelilingi oleh banyak planet. Setidaknya, salah satu planet tersebut mungkin bisa dihuni oleh mereka. Namun, jika kita menunjukkan laser itu secara langsung kepada alien saat mereka sedang menyaksikan matahari, maka pusat tata surya itu seharusnya bisa diabaikan oleh mereka," papar Clark.
Dalam keadaan normal, bintang-bintang bisa dibedakan melalui jumlah cahaya yang hasilkan. Tetapi, laser yang terfokus dapat membuat output cahaya matahari jauh lebih bervariasi dalam spektrum inframerah.
Alih-alih menciptakan suar yang berkedip di kegelapan, laser besutan Clark tersebut akan membuat matahari tampak seperti cahaya yang lemah.
Jika alien mendeteksi sinyal laser tersebut dan memahami signifikansinya, maka kemungkinan manusia bisa mengatur saluran komunikasi dengan kecepatan transfer data hingga 2 Mbps (megabit per detik).
"Mirip dengan koneksi internet modern yang lambat. Tentu saja, akan ada penundaan waktu beberapa dekade antara pengiriman dan penerimaan pesan, berkat kecepatan cahaya," lanjut Clark.
Advertisement