Mengenang Kejayaan Stadion Siliwangi dan Maknanya bagi Penggemar Persib

Stadion ternyata bukan sekadar arena pertandingan sepak bola. Markas klub ini memiliki nilai tersendiri di hati penggemarnya.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 18 Mar 2019, 12:00 WIB
Peserta wisata sejarah dari Komunitas Aleut menyimak pemaparan dari pemandu di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Minggu (17/3/2019). (Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Stadion ternyata bukan sekadar arena pertandingan sepak bola. Markas klub ini memiliki makna tersendiri di hati penggemarnya.

Menyadari arti penting sebuah kandang klub sepak bola, Komunitas Aleut mengajak penggemar klub sepak bola Persib Bandung mengunjungi Stadion Siliwangi, Minggu, 17 Maret 2019. Komunitas pegiat sejarah ini menggelar kegiatan bertajuk Pernik Sepak Bola di Bandung.

Anggota Komunitas Aleut, Anggi Aldila mengatakan, bukan tanpa sebab stadion yang berada di area kompleks militer ini dipilih sebagai salah satu lokasi dalam menyusuri sejarah sepak bola di Bandung.

Menurutnya, stadion yang beralamat di Jalan Lombok ini menyimpan segudang kenangan di kalangan penggemar Persib Bandung. Salah satu memori yang sulit dilupakan adalah ketika klub raksasa Belanda, PSV Eindhoven mengunjungi Bandung pada 11 Juni 1987.

Red White Army, julukan PSV Eindhoven, kala itu merupakan tim yang paling kuat di Belanda maupun Eropa. Mereka mengadakan pertandingan persahabatan melawan Persib di Stadion Siliwangi dan disaksikan kurang lebih 25 ribu Bobotoh untuk melakukan laga persahabatan.

"Ruud Gullit pernah merasakan bermain di atas rumput Stadion Siliwangi. Saat itu banyak sekali yang menonton ke stadion ini," kata Anggi.

Selain laga fenomenal melawan PSV, Stadion Siliwangi juga menjadi saksi bisu perjalanan Pangeran Biru dalam meraih gelar juara ketika kompetisi bertajuk perserikatan hingga berubah format menjadi liga. Stadion ini juga banyak tersaji laga-laga luar biasa yang bisa diceritakan kepada generasi mendatang.

Walau demikian, Persib bukan pemilik Stadion Siliwangi. Pengelola stadion ini adalah Kodam III/Siliwangi yang diperuntukkan bagi pembinaan jasmani anggota prajurit TNI.

Awalnya, tempat ini bernama lapangan Sparta yang namanya diambil dari nama sebuah tim sepak bola militer Hindia Belanda di Bandung sekitar tahun 1916.

Sparta merupakan tim pindahan dari Batavia dan menggunakan lahan kosong di Jalan Lombok sebagai tempat berlatih dan bermain. Para serdadu Belanda bahkan menggunakan lapangan ini untuk latihan baris-berbaris karena letaknya yang berada di lingkungan militer.

Sebab kedatangan militer dan tim sepak bolanya ke Bandung ini, kemungkinan berhubungan dengan rencana pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung saat itu.

Anggi menceritakan, awal pembangunan stadion sendiri dimulai ketika Bandung akan mencalonkan diri menjadi tuan rumah Asian Games III pada tahun 1958.

"Bandung pada waktu itu tidak punya stadion. Tapi ingin menjadi tuan rumah Asian Games," tutur Anggi.

Singkat cerita, dana yang dikumpulkan untuk membangun stadion tidak cukup. Dalam perkembangannya, tentara menyiapkan dana sebesar Rp6 juta. Tepat pada 1 Januari 1956 stadion diresmikan oleh Panglima Kawilarang.

"Sebagai ajang peresmian stadion digelar turnamen yang diikuti Persib Bandung, PSIM Mataram, dan Persija Jakarta. Juaranya Persib," tutur Anggi.


Nostalgia Penonton di Stadion Siliwangi

Para peserta wisata sejarah dari Komunitas Aleut melihat lebih dekat kondisi Stadion Siliwangi. (Huyogo Simbolon)

Sebelum Persib berpindah kandang ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api ataupun Stadion Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung, Stadion Siliwangi kerap menjadi markas Persib.

Hal itu diungkapkan salah seorang penggemar Persib, Ariyono Wahyu Widjajadi (43). Ariyono mengatakan, ada makna tersendiri antara tim berjuluk Maung Bandung dengan Stadion Siliwangi.

"Saya sering diajak bapak menonton Persib ke stadion ini. Sejak dibawa ke sini, saya lihat kelebihannya terletak dari kedekatan antara penonton dengan pemain di mana ruang gantinya sangat dekat," ujarnya.

Ariyono masih mengingat jelas sebelum pertandingan dimulai para pemain Persib akan disemangati. Namun, jika pertandingan berakhir dengan kekalahan, bukan tidak mungkin penggawa Persib disoraki penonton.

"Jadi memang harus kuat mental bermain di stadion ini," ucapnya.

Ariyono juga mengaku setiap akan menonton laga Persib di Siliwangi akan selalu membawa bekal dari rumah. Berbeda dengan saat ini di mana sudah banyak penjual makanan berjubel di luar stadion.

Ia pun bersyukur punya memori menyenangkan selama menyaksikan laga Persib di stadion ini. Mengunjungi Stadion Siliwangi baginya adalah membangkitkan kenangan manis.


Lokasi Sejarah Lain

Komunitas Aleut mengunjungi Patung Adjat Sudrajat di Jalan Lembong. (Huyogo Simbolon)

Tempat lainnya yang dikunjungi Komunitas Aleut ada beberapa titik. Puluhan peserta tersebut diajak berkeliling untuk menggali perkembangan sepak bola di Bandung.

Mulai dari Patung Adjat Sudrajat di Jalan Lembong, eks lapangan sepak bola di Jalan Jawa, bekas markas Persib di Jalan Bali, Lapangan Saparua, hingga Stadion Sidolig di Jalan Ahmad Yani.

Sepanjang perjalanan menyusuri sejarah sepak bola, cuaca cerah meliputi Bandung siang itu.

Anggi bersama Hevi Fauzan yang menjadi pemandu sesekali tampak serius berdiskusi kepada peserta. Namun, tetap santai diselingi oleh tawa canda, sehingga suasana keakraban sangat terasa dalam kelompok yang sebagian anak muda itu.

"Intinya kita ingin menggali sisi perkembangan sepak bola di Bandung dengan cara yang santai dan nyaman," kata Anggi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya