Gelombang Pengungsi karena Dua Bulan Lagi Kiamat Terus Bertambah

Ada 5 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 23 orang, yang berangkat ke Kesambon Kabupaten Malang. Dengan ketua rombongan Kiai Nursalam, mereka adalah anggota jamaah Thoriqoh Musa AS.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 18 Mar 2019, 01:02 WIB
28 warga Jember mengungsi ke Malang karena isu kiamat (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jember - Warga yang mengungsi ke Malang karena meyakini dua bulan lagi kiamat terus bertambah. Selain warga Kecamatan Umbulsari, puluhan Warga Dusun Sono Keling Desa Wringintelu Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, juga menyusul.

Ada 5 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 23 orang, yang berangkat ke Kesambon Kabupaten Malang. Dengan ketua rombongan Kiai Nur Salam, mereka adalah anggota jamaah Thoriqoh Musa AS.

Bahkan, isu kiamat sudah berembus 5 bulan sebelum mereka berangkat ke Malang. Tak ayal anggota kelompok pengajian ini pun menjual aset-asetnya, seperti tanah dan hewan ternak.

Sementara, sejumlah tokoh masyarakat tak henti-hentinya menyadarkan agar tidak sampai menjual rumah tempat tinggalnya. Apalagi karena meyakini isu kiamat dua bulan lagi.

"Mereka ini masih anggota kelompok pengajian, yang dipimpin oleh Ahmad Mudasir, warga Desa Umbulsari Kecamatan Umbulsari," kata Pjs Kades Weringin Telu Puger, Yayuk, Minggu (17/3/2019).

Penyebaran pengikut Thoriqoh Musa ke Desa Jambe Arum, salah satunya melalui hubungan kekeluargaan.

"Bojone Kyai nur salam, sik adeke pak Mudasir (Jawa : Isterinya kyai Nur Salam, masih adiknya pak Mudasir)," kata Yayuk.

Setelah mendengar isu kiamat berkembang, kepala desa bersama dua pilar desa lainnya, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa langsung menemui warganya, beberapa waktu yang lalu.

Namun ternyata, warga yang menjadi pengikut Jamaah Thoriqoh Musa ini sudah menjual aset-asetnya. Bahkan, saat didatangi mereka sudah siap-siap mengungsi.

Mereka ikut aliran tersebut diduga kuat atas ajakan Ahmad Mudasir, yang sudah lebih dahulu mondok di Pesantren Falahil Mubtadiin Desa Sukosari Kecamatan Kesambon Malang.

"Mereka hanya pamit kepada tetangga dan saudara, hanya untuk ngaji di Malang," tutur Ali Mukhtar, suami PJS kades Weringin Telu.


Jangan Termakan Isu Kiamat

Pertemuan mengklarifikasi isu kiamat melibatkan kepolisian, tokoh agama dengan pengasuh Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin di Kasembon, Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Hal senada disampaikan, salah seorang tetangga desa, Suja'i. Dia menjelaskan saudaranya bernama Fian juga diajak masuk dalam pengajian itu.

"Buat apa beli tanah, wong kiamat sudah dekat," kata Suja'i menirukan perkataan Fian saudaranya.

Kapolsek Puger, AKP Sudaryanto, membenarkan warganya mengungsi ke Malang karena isu kiamat sudah dekat. Dari data yang dihimpun kepolisian ada 6 KK, yang berjumlah 23 orang, dengan rincian sebagai berikut:

1. Keluarga Kiai Nur Salam(ketua rombongan) beserta istrinya, Hariyanti dan anaknya, Zahro.

2. Keluarga Pak Musdi, berserta seorang Istri dan seorang Anak.

3. Keluarga Pak Rohman beserta seorang dengan 3 orang anak.

4. Keluarga Sokeh, beserta seorang istri dan 2 orang anak.

5. Keluarga Nasir beserta istri dengan dua anak.

6. Keluarga Pak Zaenal, beserta 1 orang istri dan 1 orang anak.

Sudaryanto juga menjelaskan, polisi tidak menghalangi mereka pergi ke Malang karena mereka beralasan hanya untuk mengaji. Untuk sementara polisi masih belum menemukan adanya unsur pidana dalam kasus tersebut.

"Polisi tidak bisa menghalangi kemerdekaan orang yang mau ngaji. Harta yang mereka jual, harta milik sendiri, yang dijual atas suka sama suka. Mereka mengikuti aliran tersebut, karena sudah yakin dengan perkataan gurunya," katanya.

Sudaryanto mengimbau masyarakat supaya berpikir rasional, sehingga tidak mudah termakan isu kiamat yang tidak benar. Apalagi sampai menjual aset-aset yang dimilikinya. "Masa ada kiamat, yang sifatnya regional. Yang namanya kiamat, terjadi semuanya," ujar Sudaryanto.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya