Gonjang-ganjing Proses Sertifikasi 737 MAX 8 Bikin Saham Boeing Jatuh

Saham produsen pesawat ini jatuh setelah dua media berbeda memberitakan perihal sistem keamanan pada pesawat Boeing 737 MAX 8.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Mar 2019, 10:46 WIB
Polish Airlines dengan jenis pesawat Boeing 737 MAX varian 8 berjalan di landasan Bandara Internasional Borispol. (iStockphoto)

Liputan6.com, Seattle - Saham Boeing  jatuh 3 persen pada Senin, 18 Maret 2019. Ini setelah terkuak adanya masalah pada sistem kendali pesawat Boeing 737 MAX 8. Proses persetujuan pesawat ini oleh otoritas terkait pun dipertanyakan.

Dikutip dari Reuters, Selasa (19/3/2019), saham produsen pesawat ini jatuh setelah dua media berbeda memberitakan perihal sistem keamanan pada pesawat Boeing 737 MAX 8.

Wall Street Journal mengungkapkan jika Departemen Transportasi Amerika Serikat (AS) sedang memeriksa kembali kelayakan sertifikasi Boeing 737 Max.

AS sedang menyelidiki persetujuan yang dikeluarkan lembaga Administrasi Penerbangan Federal (FAA) terhadap pesawat 737 MAX 8, khususnya terkait sistem anti-stall (MCAS).

Sementara media Seattle Times melaporkan, analisis keselamatan Boeing terhadap sistem kontrol baru yang dikenal sebagai MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) memiliki kelemahan.

Pemberian persetujuan FAA pun mulai dipertanyakan karena lembaga ini dinilai hanya mengikuti proses sertifikasi standar pada 737 MAX 8 daripada memberikan pertanyaan tambahan kepada Boeing.

"Boeing akan menghadapi lebih banyak pertanyaan ketimbang yang pernah mereka hadapi sebelumnya," ucap Richard Safran dari Buckingham Research.

Dia menambahkan Inspektor Jenderal Departemen Transportasi AS juga akan mencari tahu setiap masalah, perihal bagaimana manajemen menangani proses sertifikasi.

Sejak tragedi Ethiopian Airlines, Boeing sudah kehilangan 10 persen nilai sahamnya. Alhasil, perusahaan pesaing Airbus ini harus kehilangan kapitalisasi pasar USD 25 miliar atau sekitar Rp 355 triliun (USD 1 = Rp 14.229).


FAA: Mei Jadi Batas Penangguhan Sementara Boeing 737 MAX

Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.

Otoritas penerbangan Amerika Serikat mengatakan, bulan Mei akan menjadi batas meng-grounded (tidak mengizinkan terbang) sementara semua pesawat Boeing 737 MAX 8 dan 9.

Hal itu diumumkan setelah Federal Aviation Administration AS (FAA) mengikuti langkah puluhan negara dan entitas untuk meng-grounded MAX menyusul kecelakaan fatal Ethiopian Airlines ET 302 pada Minggu, 10 Maret 2019.

Pesawat tidak akan terbang sampai pembaruan perangkat lunak dapat diuji dan di-install, kata regulator AS tersebut, seperti dikutip dari BBC, Jumat, 15 Maret 2019.

Anggota DPR AS (House of Representatives) Rick Larsen mengatakan upgrade perangkat lunak akan memakan waktu beberapa pekan untuk selesai dan meng-install-nya di semua pesawat akan memakan waktu "setidaknya hingga April" atau paling lambat Mei.

FAA mengatakan pada hari Rabu bahwa perbaikan perangkat lunak untuk Boeing 737 MAX yang telah dikerjakan Boeing sejak kecelakaan Lion Air JT 610 akan memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.

Kecelakaan ET 302, tak lama setelah lepas landas dari Addis Ababa, menewaskan 157 orang dari 35 negara.

Itu adalah kecelakaan kedua yang melibatkan 737 MAX 8 dalam enam bulan. Terakhir adalah Lion Air JT 610 yang jenisnya pun serupa.

Beberapa pihak telah menggarisbawahi kesamaan antara kedua insiden tersebut, dengan beberapa ahli mengutip data satelit dan bukti dari lokasi kecelakaan untuk menunjukkan hubungan antara bencana hari Minggu dengan JT 610 yang menewaskan 189 orang.

Sementara itu, penyelidik di Prancis mengambil alih kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines ET 302 yang jatuh saat mereka berusaha mengungkap apa yang menyebabkan bencana pada penerbangan berpesawat Boeing 737 MAX 8.

Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil (BEA) menerima data penerbangan dan perekam suara kokpit pada hari Kamis.

Pembacaan pertama bisa memakan waktu berhari-hari, tetapi banyak tergantung pada kondisi kotak.

Seorang juru bicara BEA mengatakan dia tidak tahu dalam kondisi apa kotak hitam itu berada.

"Pertama kita akan mencoba membaca data," kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa analisis pertama bisa memakan waktu antara setengah hari dan beberapa hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya