Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata Arief Yahya, resmi meluncurkan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019. ISTA 2019 dilaunching di Balairung Soesilo Soedarman, Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (18/3). ISTA merupakan ajang penghargaan kepada masyarakat. Sekaligus, mengukur implementasi pariwisata berkelanjutan dalam pengelolaan destinasi wisata di Indonesia. Hadiah total Rp 1 miliar sudah disiapkan.
Lanching ISTA 2019 dihadiri para Juri Kehormatan. Antara lain I Gede Ardika (mantan Menteri Pariwisata dan Kebudayaan), Mari Elka Pangestu (mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan Jonathan Parapak (mantan Sekjen Parpostel sekarang Rektor Universitas Pelita Harapan).
Advertisement
Hadir pula Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen dan aktor Hamish Daud yang juga aktif mengkampanyekan kelestarian lingkungan laut.
Di tahun ketiga ini, ISTA 2019 menyiapkan total hadiah Rp 1 miliar. Terbagi dalam Platinum Rp 150 juta, Green-Gold Rp 75 juta (per kategori), Green-Silver Rp 60 juta (per kategori), Green-Bronze Rp 50 juta (per kategori) dan Green Rp 27,5 juta (per kategori).
Kategori penghargaan mencakup Peringkat Terbaik Umum, Peringkat Terbaik 1, Peringkat Terbaik 2 dan Peringkat Terbaik 3 untuk masing-masing kategori.
Yakni kategori Tata kelola, Manfaat Ekonomi, Budaya, dan Lingkungan. Para pemenang ISTA akan dipromosikan dalam Indonesia Sustainable Tourism Mart (ISTAMart).
“Pariwisata memiliki keunggulan dalam menjaga lingkungan dengan menerapkan environment sustainability atau tourism sustainability dengan prinsip ‘Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan’,” kata Menpar Arief Yahya.
Dalam kesempatan itu, Pria asal Banyuwangi itu kembali mengingatkan seluruh Pentahelix stakeholders pariwisata.
Menpar Arief Yahya menyebutkan, untuk pengembangan industri dan usaha pariwisata dapat diukur bukan lagi dengan 3 aspek, melainkan sudah improved menjadi 5P. Yaitu People, Planet, Profit yang berganti Prosperity, Peace dan Partnership.
“Profit diubah karena hanya menguntungkan di dalam saja, jika Prosperity menguntungkan di dalam dan di luar yang kaitannya dengan masyarakat. Bangun masyarakat dulu sebelum bangun usaha. Planet, jadi semakin lestari semakin memakmurkan dan Prosperity menjaga eksistensi,” terang Menpar Arief Yahya.
Tidak hanya itu, Menpar Arief juga kembali mengingatkan mengenai CEO commitment. membeberkan pariwisata Indonesia terkini. Menurutnya, peran CEO Commitment atau keberpihakan pemimpin daerah untuk sektor pariwisata itu paling penting. Dikatakannya, sustainable tourism mustahil terwujud bila tidak ada CEO commitment.
"Bila CEO daerah telah menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan, maka seluruh Kementerian dan Lembaga akan mendukung pengembangan infrastruktur pariwisata yang dimilikinya," kata Menpar Arief Yahya.
ISTA digelar sekaligus menjalankan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Penghargaan ini mengadopsi kriteria pariwisata berkelanjutan dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC) sehingga dapat disebutkan sebagai ISTA GSTC Standard Recognition.
Puncak acara ISTA yaitu seremoni pemberian penghargaan kepada para pemenang ISTA pada 27 September 2019 mendatang di Jakarta. Bertepatan dengan rangkaian kegiatan Hari Pariwisata se-Dunia (World Tourism Day).
"Para pemenang ISTA 2017 juga akan diikutsertakan pada ASEAN Sustainable Tourism Award (ASTA) tahun 2019," tutup Menpar Arief
Peluncuran malam ini sekaligus dimulainya pendaftaran ISTA 2019. Diharapkan, peserta ISTA tahun ini meningkat. Tercatat, pada ISTA 2017 diikuti 96 peserta. Pada ISTA 2018 diikuti sebanyak 176 peserta.
Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel menjelaskan, pariwisata berkelanjutan merupakan program Kemenpar yang selaras dengan tujuan pembangunan global (Sustainable Development Goals). Hal ini juga sudah diadopsi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Saat ini Permenpar hanya memberikan pedoman tentang destinasi wisata. Kedepan, akan diperkuat dengan aturan yang mencakup standarisasi berkelanjutan bagi industri, seperti hotel dan biro perjalanan. Untuk menjadi sektor andalan, pariwisata harus memberdayakan semua pihak,” kata Valerina Daniel.
Sementara itu, entitas yang berhak mengikuti ISTA adalah para pemangku kepentingan dalam suatu destinasi pariwisata yang berkolaborasi dan memenuhi kriteria pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan.
Hal ini khususnya bagi pengelola desa wisata, pengelola kawasan, Organisasi Tata Kelola Destinasi (Destination Management Organization/DMO), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Badan Otorita Pariwisata (BOP), yayasan, dan Perseroan Terbatas (PT).
Sementara, jajaran juri terdiri dari Jatna Supriatna (Kepala Research Center for Climate Change Universitas Indonesia, Chair SDSN Indonesia, dan Co-Chair of SDSN Southeast AsiaUniversitas Indonesia), Muhammad Baiquni (Ketua Dewan Peneliti Puspar Universitas Gadjah Mada), David Makes (Direktur PT. TSS dan Ketua Tim Percepatan Ecotourism Kemenpar), Winda Mingkid (Wakil Dekan, Universitas Sam Ratulangi), Diena M Lemy (Kepala Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan & Sekjen HILDIKTIPAR), Frans Teguh (Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata, Kementerian Pariwisata), dan Robby Adiwidjaja (Peneliti, Kementerian Pariwisata).
Salah satu juri kehormatan ISTA 2019, Mari Elka Pangestu menjelaskan, Sustainable Tourism Certification (STC) merupakan rangkaian dari keseluruhan program Sustainable Tourism for Development di Kemenpar. Diawali dengan Sustainable Tourism Destination (STD), yaitu penerapan konsep pariwisata berkelanjutan di destinasi wisata yang dikerjasamakan dengan Pemda.
"Dilanjutkan dengan Sustainable Tourism Observatory (STO), yaitu pemantauan beberapa destinasi yang dikerjasamakan dengan Universitas. Pada akhirnya kami ingin semua destinasi disertifikasi sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan,” kata Mari Elka Pangestu.
Pendaftaran ISTA 2019 dibuka pada 18 Maret 2019 hingga 18 Mei 2019. Dilanjutkan dengan tahapan seleksi dan penjurian hingga malam penganugerahan pada Hari Pariwisata Dunia, 27 September 2019. Untuk informasi selengkapnya dapat dilihat di microsite sustainable.indonesia.travel.
(*)