Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Penguatan ini karena tenangnya sentimen global.
Mengutip Bloomberg, Selasa (19/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.217 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.239 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisarana 14.217 per dolar AS hingga 14.234 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,19 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jidsor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.228 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.242 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
"Kondisi pasar memang cenderung tenang. Setelah No Deal Brexit ditolak, pasar sudah mulai tenang karena berarti Inggris akan keluar dengan kesepakatan. Jadi sentimen global juga masih tenang," kata Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yashyi, seperti dikutip dari Antara.
Selain itu, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) pada Rabu (20/3) besok diprediksi masih akan mempertahankan tingkat suku bunganya seiring belum meningkatnya pertumbuhan ekonomi AS.
"The Fed juga besok masih diperkirakan dovish soalnya data-data ekonomi Amerika memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Jadi kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan terjadi," ujar Dini.
Di sisi lain, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2019 juga memberikan pengaruh positif terhadap pergerakan rupiah.
"Di saat pergerakan pasar global lagi tenang, kita indonesia punya katalis positif dari fundamental kita, terutama surplus "trade balance". Jadi rupiahnya masih bisa menguat," kata Dini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.
BACA JUGA
"Jadi ke depan stabilitas rupiahakan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
Advertisement