Liputan6.com, Jakarta Pakar pendidikan anak, Henny Supolo, menanggapi perihal wacana calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, yang bakal meliburkan anak sekolah saat bulan Ramadan bila nanti terpilih.
Di akhir Debat Pilpres 2019 putaran ketiga pada Minggu malam, 17 Maret 2019, Sandiaga Uno mengatakan bahwa wacana itu dibuat guna melanjutkan sebuah program yang pernah dijalankan di era Presiden Republik Indonesia ke-4, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Advertisement
Menurut Henny, setiap kebijakan apa pun bentuknya harus berdasarkan penelitian dan ditilik dari berbagai sudut secara komprehensif.
"Soal liburan pun kuncinya sama. Mengapa dianggap penting meliburkan (anak sekolah) di waktu puasa? Apa yang menjadi acuan? Seberapa jauh riset dilakukan untuk dasar kebijakan? Dan bagaimana pula dampak kebijakan tersebut untuk kebinekaan?," kata Henny saat dihubungi Health Liputan6.com baru-baru ini.
Hal yang dilontarkan Henny di atas hanya sebatas pertanyaan-pertanyaan selintas yang perlu dijawab dahulu oleh Sandiaga Uno dan tim.
"Karena setiap kebijakaan tidak bisa menjadi jawaban atas sepotong pertanyaan," kata Henny.
"Harus komprehensif, karenanya butuh kekuatan riset dan berbagai perspektif sebagai dasarnya," Henny melanjutkan.
Libur sebulan di bulan Ramadan ala Sandiaga Uno
Akan tetapi, bagaimana pun bentuk dari liburan yang tengah dicanangkan salah satu pasangan calon (paslon), tentunya akan melibatkan sekolah-sekolah yang sejatinya sudah memiliki 'program' masing-masing.
"Karena memang sekarang ini, dibuka kemungkinan untuk itu. Di mana sekolah-sekolah itu bisa menentukan sendiri (kapan liburnya), kecuali sekolah negeri karena sifatnya teknis," kata salah satu pendiri sekolah Al-Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Poinnya, segala keputusan yang menyangkut pendidikan sebaiknya memiliki dasar. Sebab, jika dilihat-lihat lagi, sekarang ini masa ujian berdekatan bulan puasa.
"Tahun ini saja puasa dan masa liburan itu berdekatan. Yang pada akhirnya, liburan anak sekolah hampir sebulan juga," ujarnya.
Advertisement
Kemendikbud sudah memikirkan itu
Lebih lanjut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, menurut Henny, sudah membuka peluang agar sekolah-sekolah memiliki pemahaman mengenai apa yang dibutuhkan oleh murid mereka masing-masing.
"Dalam pendidikan itu ada keluwesan, yang dasarnya adalah kepentingan anak. Sehingga, buat saya semua wacana boleh-boleh saja," katanya.
Namun, paparkan dulu dasar dari wacana yang tengah disiapkan. "Dasarnya apa, situasi seperti apa, dan untuk siapa. Karena tidak bisa juga semuanya ini diharuskan sama," Henny menjelaskan.
Contohnya saja antara sekolah swasta dan sekolah negeri yang waktu liburannya berbeda.