Ma'ruf Amin: Banyak yang Tidak Mondok, tapi Jadi Ulama

Menurut Ma'ruf, ulama dadakan itu muncul karena sering diberitakan media massa dan berafiliasi dengan partai politik.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2019, 16:49 WIB
Cawapres Ma'ruf Amin di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta, Senin (7/1/2019).

Liputan6.com, Sumenep - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin menyebut banyak orang-orang mendadak menjadi ulama. Padahal, menurut Ma'ruf, menjadi ulama itu harus menempuh pendidikan di pondok pesantren.

"Sekarang ini, banyak yang enggak mondok, tetapi jadi ulama. Jadi, ada memang orang ulama, ada yang diulamakan," kata Ma'ruf dalam acara Ngaji Bareng di lapangan Pesantren An-Nuqayah Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur, Selasa (19/3).

Ulama dadakan itu, kata Ma'ruf, juga muncul karena sering diberitakan media massa dan berafiliasi dengan partai politik.

"Ada juga mungkin jadi capres dan cawapres, jadi kiai. Itu namanya dikiaikan," ucap Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia itu.

Ma'ruf menuturkan, menjadi ulama atau kiai tak bisa instan. Menurutnya butuh proses panjang dan ruang pembelajaran di pondok pesantren

Ulama dan kiai dadakan itu, kata Ma'ruf, merusak tatanan kehidupan umat. Sebabnya, ulama dan kiai dadakan ini memberikan kerap tafsiran keliru kepada umat.

"Itu dakwah yang tidak sesuai ahlussunnah wal jamaah," kata Mustasyar PBNU itu.

 


Perkuat Pesantren dan Santri

Selain ulama dadakan, Ma'ruf menyinggung ulama yang berdakwah dengan emosi. Kelompok tersebut dia namakan dengan al-makiyun atau ahli memaki.

Ma'ruf juga mengingatkan untuk memperkuat pesantren dan santri. Para santri itu adalah ulama masa depan untuk menerangi jalan umat.

"Cetak putra bangsa dalam rangka menyiapkan org-orang yang memahami agama dan orang-orang yang akan lakukan perbaikan dan perubahan. Ini juga tugas ulama secara personal," jelas Ma'ruf.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya