Jokowi: Integrasi Transportasi Jabodetabek Tak Bisa Ditunda

Jokowi mengingatkan pentingnya kesinambungan ketersambungan antara antarmoda baik MRT, LRT dan moda lainnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Mar 2019, 16:34 WIB
Warga foto di stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (19/2). Setiap stasiun MRT fase 1 ini punya tema dan konsep yang berbeda. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, integrasi pengelolaan transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tidak bisa ditunda-tunda lagi. Ini karena sudah menimbulkan kerugian yang sangat besar.

"Studi Bappenas ditemukan angka kerugian Rp 65 triliun karena kemacetan di Jabodetabek setiap tahunnya. Dan bahkan Pak Wapres, Pak Gubernur menyampaikan angka sampai Rp 100 triliun. Ini jumlah sangat besar sehingga perlu segera diselesaikan," ujar Jokowi, saat menyampaikan pengantar pada Rapat terbatas tentang Kebijakan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa pagi (18/3/2019), seperti dikutip dari laman Setkab.

Oleh karena itu, Jokowi menekankan, jangan ada lagi yang namanya ego sektoral, ego kementerian, ego daerah. Ini karena semuanya adalah kepentingan nasional.

 


Tata Ruang

Warga berada di stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (19/2). Setiap stasiun MRT fase 1 ini punya tema dan konsep yang berbeda. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hal penting, menurut Jokowi, adalah pengintegrasian sistem transportasi perkotaan dengan tata ruang.

Ia mengingatkan, pentingnya kesinambungan ketersambungan antara antarmoda baik MRT ( moda raya transportasi), LRT (light rail transit), Transjakarta kemudian moda yang lainnya dan KRL (kereta rel listrik), dan angkutan umum lainnya.

Jokowi meyakini, langkah-langkah tersebut akan sangat mengurangi kemacetan yang ada di Jabodetabek. Dengan selesainya MRT dan LRT serta lainnya, Jokowi berharap masyarakat akan mendapatkan sebuah layanan transportasi massal yang aman, nyaman dan lebih baik.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya