Bunuh Suami Kaya Raya, Eks Ratu Kecantikan Puerto Rico Terancam Bui Seumur Hidup

Wanita asal Puerto Rico itu melarikan diri ke Eropa setelah kasus pembunuhan. Ia mengaku tidak bersalah ketika menjadi buronan polisi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Mar 2019, 20:10 WIB
Ilustrasi penjara (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita yang juga mantan ratu kecantikan Puerto Rico didakwa hukuman penjara seumur hidup setelah membayar seorang pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa suaminya yang kaya raya di Kanada, 14 tahun lalu.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (19/3/2019), Áurea Vázquez Rijos, yang melarikan diri ke Eropa setelah pembunuhan itu, mengaku tidak bersalah ketika menjadi buronan polisi.

Vázquez Rijos telah melarikan diri ke Italia dan Spanyol setelah menyaksikan suaminya, Adam Anhang, tewas di San Juan, Puerto Rico pada September 2005.

Aurea terlihat menangis ketika hakim federal menjatuhkan hukuman dan memerintahkan agar dia dipindahkan ke penjara di Fort Worth, Texas.

"Saya berharap, Anda bahagia sekarang," katanya kepada ayah dari suaminya, Abraham Anhang saat persidangan.

"Diamlah," demikian jawaban Abraham setelah dianggap melakukan pembunuhan karakter terhadap Aurea.

Anhang bekerja sebagai pengembang real estate yang juga mendapat jutaan dollar dari game online. Dia dibunuh beberapa hari setelah berkeinginan mengajukan perceraian dengan Aurea, atau enam bulan setelah pernikahan mereka.

Anhang dibunuh oleh seorang karyawan restoran yang dibayar sekitar 3 juta dolar AS atau sekitar Rp 42 miliar.

Total kekayaan pria Puerto Rico itu ditaksir mencapai US$ 24 juta. Selain Áurea Vázquez Rijos, polisi juga menangkap sang kakak karena membantu proses pelarian sang adik.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bunuh Suaminya dengan Obat Tetes Mata

Ilustrasi obat tetes mata (iStockphoto)

Seorang wanita di negara bagian South Carolina, Amerika Serikat (AS) diduga kuat melakukan pembunuhan sang suami, dengan meracuninya menggunakan obat tetes mata ke dalam air minum selama beberapa hari.

Lana Clayton ditangkap beberapa minggu setelah suaminya, Stephen Clayton, ditemukan tewas di rumah. Dia ditahan setelah hasil tes toksikologi mendeteksi zat kimia yang disebut tetrahidrozolin di tubuh sang suami.

Zat ini ditemukan di obat tetes mata yang dijual bebas dan obat semprotan hidung yang tersedia tanpa resep, demikian sebagaimana dikutip dari BBC.

Pada Jumat 31 Agustus 2018, polisi kota York juga menuduh Lana melanggar hukum tentang penyalahgunaan makanan antara tanggal 19 dan 21 Juli, ketika dugaan pembunuhan dituduhkan kepadanya.

Dalam sebuah pernyataan, polisi mengatakan dia mengaku meracuni suaminya secara diam-diam. Lana pun akhirnya ditangkap dan ditahan pekan lalu, namun polisi belum mengumumkan motif di balik pembunuhan yang dilakukannya itu.

Stephen Clayton, yang mendirikan perusahaan terapi fisik, dinyatakan meninggal setelah jatuh dari tangga di rumahnya di distrik kelas atas Clover -- sekitar 20 mil dari kota Charlotte, North Carolina.

Pemakamannya dilakukan di halaman belakang rumah pada awal Agustus, sebelum para penyelidik menemukan kejanggalan terhadap kematiannya.

Menurut surat kabar Miami Herald, Lana tidak memiliki catatan kriminal dan belum pernah ditangkap sebelum kasus pembunuhan tersebut.

Namun, jaksa mengatakan mereka sekarang meninjau insiden 2016, saat ia menembak kepala sang suami dengan panah saat sedang tidur. Berdasarkan laporan polisi yang diperoleh oleh surat kabar Charlotte Observer, otoritas terkait memutuskan bahwa penembakan itu "tidak disengaja".

Menurut laporan terkait, pihak penyidik menemukan Lana di rumah "menangis dan kesal" setelah insiden panah tersebut. Dia mengatakan pada saat itu bahwa sang suami secara mental kasar padanya dan suasana hatinya kerap berubah, tetapi tidak pernah melukainya secara fisik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya