Kondisi Geografis Jadi Tantangan Pembangunan Palapa Ring Timur

Kondisi geografis wilayah Indonesia Timur yakni pegunungan tinggi, menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembangunan proyek Palapa Ring.

oleh Andina Librianty diperbarui 20 Mar 2019, 08:48 WIB
Dirut BAKTI, Anang Latif. Liputan6.com/ Andina Librianty

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi geografis wilayah Indonesia Timur yakni pegunungan tinggi, menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembangunan proyek Palapa Ring. Saat ini, proses pembangunan Palapa Ring paket Timur sudah mencapai 94,5 persen.

Palapa Ring Timur menjadi yang paling terakhir selesai dibangun. Paket Timur menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua, sampai dengan pedalaman Papua.

Pembangunan Palapa Ring Timur tidak berjalan dengan begitu mudah karena di beberapa wilayah, seperti Papua, mengalami hambatan teknis. Antar kota di Papua yang terhalang pegunungan tinggi, membuat pengiriman logistik material harus mengerahkan upaya ekstra. 

"Ini (Papua) satu-satnya lokasi yang membuat kami harus mengarahkan sampai menggunakan enam helikopter untuk logistik material. Jadi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengerjaan," jelas Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (Dirut BAKTI), Anang Latif, di kantornya, Selasa (19/3/2019).

Tantangan pun ditambah dengan adanya bencana banjir bandang beberapa waktu lalu yang melanda sebagian wilayah di Sentani, Papua. Imbasnya, logistik material untuk pembangunan Palapa Ring ini terhambat.

Kendati demikian, pemerintah tetap optimistis Palapa Ring Timur akan selesai sesuai jadwal yang ditargetkan.

Palapa Ring merupakan proyek pembangunan jaringan serat optik, yang bertujuan menghadirkan akses internet merata dan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan ini juga mencakup daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

"Bagi yang belum paham, konsep Palapa Ring ini adalah membuat jalan tol langit. Pengguna jalan tol sendiri secara langsung dari operator telekomunikasi seperti Telkom, Telkomsel, XL maupun Indosat, yang menggunakan jaringan tersebut," ungkap Anang.


Masyarakat Papua Sambut Baik Proyek Palapa Ring Paket Timur

Menkominfo, Rudiantara, di depan Terminal Station Palapa Ring Tengah di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Liputan6.com/Andina Librianty

Kemkominfo sebelumnya sempat membantah spekulasi yang menyebutkan masyarakat Papua akan menghambat proyek internet cepat Palapa Ring Paket Timur. Mereka justru memberikan respons positif.

"Tidak benar jika sepenuhnya mereka menghambat, mereka justru antusias. Pada saat saya ke sana (sosialisasi Palapa Ring Paket Timur pada Februari 2017), mereka bahkan meminta ground breaking lebih cepat," ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, beberapa waktu lalu.

Namun Rudiantara mengakui ada sejumlah tantangan pembangunan proyek Palapa Ring Paket Timur di wilayah Papua. Selain soal lahan, wilayah yang tidak memiliki akses internet paling banyak di Palapa Ring Paket Timur berada di Papua dan Papua Barat.

Dari total 46 kabupaten/kota di Paket Timur, baru 11 wilayah yang memiliki akses internet. Sementara di wilayah Papua dan Papua Barat, dari 37 kabupaten/kota, hanya 7 yang sudah dijangkau internet.

Oleh sebab itu, pembangunan proyek Palapa Ring Paket Timur akan memakan waktu cukup lama, tapi dipastikan tidak akan melewati tenggat waktu.

"Memang akan memakan waktu lama, tapi akhir 2019 semuanya harus selesai," tutur Rudiantara.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya