Pilu, Temuan 40 Kg Plastik dalam Perut Paus Mati di Filipina

Ahli biologi menemukan paus sekarat yang menelan lebih dari 40 kg sampah plastik di lepas pantai Filipina

oleh Sulung Lahitani diperbarui 20 Mar 2019, 16:00 WIB
Doc: D' Bone Collector Museum Inc

Liputan6.com, Jakarta - Filipina merupakan salah satu negara pencemar plastik terbesar di dunia. Baru-baru ini, ahli biologi menemukan paus sekarat yang menelan lebih dari 40 kg sampah plastik.

Paus paruh Cuvier jantan itu berukuran 4,69 meter dan di temukan pada 16 Maret di sepanjang pantai Mabini dekat Kota Davao, Filipina.

Para peneliti dari Museum Kolektor D 'Bone menuju ke tempat kejadian dan menemukan paus itu dalam keadaan sekarat. Seiring dengan tubuhnya yang kurus dan dehidrasi parah, paus itu muntah darah.

Akhirnya, hewan itu mati dan bangkainya dibawa ke fasilitas museum malam itu. Otopsi dilakukan oleh tim peneliti dengan cepat untuk mengungkapkan nasib malang paus itu.

"Jumlah plastik yang ditemukan dalam perut paus itu mengerikan," kata Darrel Blatchley, pendiri Museum Kolektor D 'Bone pada sebuah pernyataan seperti dilansir dari IFLScience.

"Sekitar 40 kilogram karung beras, tas belanja, tas perkebunan, dan kantong plastik ditemukan dari perutnya. Karung beras sendiri totalnya ada 16 buah," tambah dia.

Paus paruh Cuvier dikenal juga sebagai paus paruh angsa. Mereka dapat dilihat di hampir setiap bagian lautan dunia, dari daerah tropis yang hangat hingga laut beriklim sedang.

Mereka tidak minum dari laut, mereka mendapatkan air segar dari makanan yang mereka makan. Sebagai akibat dari plastik yang tertelan, paus itu jatuh sakit karena dehidrasi dan kelaparan yang mengakibatkan kematiannya. Bahkan Darrel mengklaim bahwa sampah plastik sudah mulai mengapur di usus paus tersebut.

 


Asia Tenggara Penghasil Sampah Plastik Terbesar

Doc: D' Bone Collector Museum Inc

Filipina merupakan salah satu negara penghasil polusi plastik di laut terburuk di dunia. Statistik pada tahun 2010 saja menunjukkan bahwa Filipina membuang 0,83 juta ton plastik ke laut. Ini jumlah tertinggi ketiga di negara manapun. Faktanya, sebagian besar dari 10 pencemar plastik terbesar berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Museum Kolektor D 'Bone berharap dapat menampilkan kerangka itu di tempat mereka sebagai simbol betapa polusi plastik sudah begitu meresahkan. Menurut Darrel, dalam 10 tahun terakhir, mereka menemukan 61 paus dan lumba-lumba yang mati. Sebanyak 57 di antaranya mati karena jaring ikan, dinamit, dan sampah plastik.

"Empat di antaranya sedang hamil. Ini tak bisa dibiarkan. Filipina harus berubah atau tak ada lagi yang tersisa untuk anak cucu mereka," pungkas Darrel.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya