Liputan6.com, Jakarta - PT Wahana Interfood Nusantara (COCO) akan meningkatkan kapasitas produksi usai melantai perdana di bursa saham. Upaya ini dilakukan seiring usaha perseroan ekspansi bisnis ke pasar ekspor coklat.
Direktur Utama PT Wahana Interfood Nusantara Tbk, Reinald Siswanto menuturkan, potensi pasar cocoa dalam negeri sangat besar. Oleh karena itu, pihaknya kini ingin memperluas ekspor coklat dan cocoa melalui kegiatan ekspor.
"Salah satu kendala kita saat ini market lokal sangat besar tapi kita ada masalah dengan kapasitas produksi sedangkan market ekspor itu sangat besar dengan peningkatan kapasitas kita ingin memperkuat ekspor kita ke depannya," ujar dia di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, kapasitas produksi diharapkan bertambah menjadi 10.600 ton pada 2021 dengan tingkat utilisasi sampai dengan 70 persen.
"Minimal 10 persen untuk market penjualan harus ada di ekspor di 2021 kita," kata dia.
Saat ini, kontribusi pasar ekspor baru satu persen dari total penjualan perseroan. Adapun negara-negara tersebut seperti Spanyol dan Amerika Serikat (AS).
"Ekspor kita hanya 1 persen tetapi diversifikasi kita sudah ke Spanyol, Pakistan, Korea, Jepang, Australia, Asia Tenggara sudah semuanya juga kita sudah di Amerika juga," ujar dia.
Tercatat di BEI, Saham Wahana Melonjak
Sebelumnya, saham PT Wahana Interfood Nusantara (COCO) resmi dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu 20 Maret 2019.
Perusahaan yang memproduksi cocoa dan cokelat berkualitas premium tersebut menjadi emiten ketujuh di BEI pada 2019 atau perusahaan tercatat ke-625.
Harga Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) saham COCO dietapkan sebesar Rp 198 per unit. Adapun jumlah saham Perseroan yang dilepas ke publik mencapai 168 juta unit.
Itu sebesar 33,07 persen dari modal disetor dan ditempatkan COCO setelah IPO. Dari aksi korporasi ini, Perseroan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 33,264 miliar.
Pada pencatatan perdana ini, saham perseroan naik 138 poin atau 69,7 persen ke level Rp 336 dari harga IPO Rp 198. Saham COCO ditransaksikan sebanyak 5 kali dengan volume sebanyak 9 lot dan menghasilkan nilai transaksi Rp 302.400
Saham COCO terkena penolakan otomatis (auto rejection) oleh Jakarta Automated Trading System (JATS), lantaran kenaikan harga saham melebihi ketentuan persentase tertinggi harian khusus saham IPO sebesar 70 persen.
"Sebesar 23,03 persen dana IPO akan digunakan untuk uang muka pembelian tanah. Sebesar 61,16 persen dimanfaatkan sebagai uang muka pembelian mesin baru. Sisanya 15,81 persen untuk uang muka pembangunan pabrik baru," ujar Direktur Utama Wahana Interfood Nusantara Reinald Siswanto di Jakarta, Rabu 20 Maret 2019.
Dia menambahkan, Perseroan juga akan menawaran waran seri I sebanyak 56 juta unit dengan harga pelaksanaan Rp 400 per unit. Setiap pemegang tiga saham akan memperoleh satu waran seri I. Dari penawaran waran seri I tersebut, WIN nantinya akan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 22,4 miliar.
Dalam aksi korporasi ini, COCO menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai perusahaan penjamin emisi efek. COCO mencatat aset sebesar Rp 158 miliar per September 2018, naik 58,3 persen, dari Rp 99,8 per September 2017.
Sementara pendapatan COCO tercatat Rp 115,1 miliar per September 2018, naik 5,04 persen dari Rp 109,3 miliar per September 2017. COCO mencatat peningkatan laba 5,3 persen menjadi Rp 17,8 miliar, dari Rp 16,9 miliar per September 2017.
"Laba Desember 2018 sekitar Rp 3 miliar dan tahun ini laba kami targetkan Rp 3 miliar. Untuk penjualan akhir 2018 sekitar Rp 152 miliar dan target penjualan 2019 Rp 178,1 miliar," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement