Pentingnya Peran MA dalam Revolusi Industri 4.0

MA punya perhatian besar terhadap revolusi industri 4.0, mengingat pihaknya merupakan lembaga penegak hukum dan pengadilan, tentunya akan mengubah modus operandi dan tindak kejahatan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 20 Mar 2019, 15:00 WIB
Seminar dan Diskusi IKAHI di Mercure Ancol, Jakarta, Kamis (20/3/2019). Liputan6.com/Jeko I.R.

Liputan6.com, Jakarta - Mahkamah Agung (MA) menggelar seminar IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia) 2019 dengan tema baru yang terbilang menarik.

Ya, tema seminar yang merupakan rangkaian hari jadi IKAHI ke-66 tahun tersebut, menitikberatkan pada transformasi teknologi dan revolusi industri 4.0, dengan tajuk “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Transaksi Elektronik di Era Teknologi Digital.”

Kabiro Hukum dan Humas MA Abdullah, menegaskan jika MA turut berperan serta membangun revolusi industri 4.0 yang dianggapnya sudah mulai diadopsi perlahan di negara ini. 

“Revolusi industri 4.0 pasti berdampak luas ke semua sektor, pasti yang terpukul berat kan dunia bisnis. Kalau dulu, itu dari hulu ke hilir itu ada dari produsen, distributor, agen, dan macam-macam, sekarang sudah tak ada lagi. Nah sekarang produsen sekarang ke konsumen,” kata Abdullah kepada Tekno Liputan6.com di sela-sela seminar IKAHI yang diadakan di Mercure Ancol, Jakarta, Rabu (20/3/2019). 

Dalam hal ini, MA punya perhatian besar terhadap revolusi industri 4.0, mengingat MA merupakan lembaga penegak hukum dan pengadilan, tentunya akan mengubah modus operandi dan tindak kejahatan.

Karena itu, dalam mengupayakan hal tersebut, MA juga harus agresif berevolusi mengikuti transformasi teknologi agar tidak ketinggalan.

“Jadi kalau kami misalnya tidak siap dan preventif merespons perubahan, pasti kamu akan tertinggal dengan perubahan-perubahan berbasis elektronik. Makanya sejak 2018 kami juga sudah bermigrasi dari manual ke digital,” lanjutnya.

Sekadar informasi, seminar IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia) 2019 juga merupakan rangkaian hari jadi IKAHI yang ke-66 tahun.

Adapun yang menjadi pembicara dan penanggap dari bidangnya masing-masing serta dari industri perbankan dan e-Commerce, mulai dari Bukalapak, Asosiasi e-Commerce Indonesia, Bank Indonesia, BNI, Bank Mandiri Taspen, Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia dan masih banyak lagi.

 

 

 

 


SDM Masih Jadi Tantangan Besar Indonesia Hadapi Industri 4.0

Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Sekadar diketahui, industri 4.0 menjadi salah satu topik sorotan di Indonesia pada awal tahun ini. Terlebih, roadmap industri 4.0 sudah mulai digaungkan pemerintah sejak awal tahun lalu.

Pemerintah pun mulai mendukung semua pihak, khususnya perusahaan dan startup yang bergerak di bidang teknologi, untuk masuk ke industri 4.0. Namun untuk bisa bergerilya ke era ini, tentu bukan perkara mudah bagi Indonesia.

Pasalnya, sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan besar yang dialami Indonesia saat ini untuk industri 4.0. Hal tersebut disampaikan oleh akademisi dan pengamat industri, Mari Elka Pangestu.

Dalam sesinya, Mari Elka membenarkan SDM menjadi salah satu tantangan pemerintah untuk bergerak ke revolusi industri 4.0. Apalagi, industri 4.0 membutuhkan SDM yang handal di bidang ilmiah dan teknologi.

"Indonesia sekarang menghadapi tantangan talent development untuk industri 4.0. Padahal kebutuhan lapangan akan SDM di bidang data scientist, coding, dan software development terus meningkat," ujar mantan Menteri Perdagangan periode 2004-2011 ini saat mengisi sesi di Algoritma Data Science Center, Jakarta, Rabu (27/2/2019).

Adapun pemicu tantangan ini, diungkapkan Mari Elka, dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang industri 4.0. Hal tersebut tentu menjadikan negara ini belum siap sepenuhnya untuk mengadopsi industri 4.0.

Wanita berkacamata ini juga mengungkapkan sejumlah upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendongkrak SDM lokal agar bisa melaju ke industri 4.0.

Pertama, adalah upaya reformasi kurikulum pendidikan formal berbasis STEAM (Science, Technology Art, Engineering, and Math).

Adapun yang kedua, sekolah kejuruan--khususnya di bidang ilmiah dan teknologi--juga harus lebih difokuskan agar menyerap lebih banyak SDM.

"Yang terakhir adalah menyeimbangkan talenta lokal dengan talenta asing, agar bisa sama-sama bersinergi untuk menciptakan ekosistem SDM di bidang ini," tutupnya.

 


Pentingnya Menyiapkan SDM

Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

World Economic Forum, pada 2018, memprediksi pada empat tahun ke depan, 75 juta pekerjaan akan berubah. Dan, 133 juta pekerjaan baru akan muncul sebagai hasil dari perkembangan teknologi. Karenanya, penting untuk menyiapkan SDM untuk punya bekal dan keterampilan dalam menghadapi industri 4.p

Industri 4.0 sendiri tentulah sangat berbeda dari revolusi industri sebelumnya, bukan lagi digerakkan oleh mesin uap dan juga minyak Bumi.

Justru, 'bahan bakar' dari industri 4.0 adalah data yang melimpah. Jadi, SDM untuk industri ini memang diwajibkan memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang Data Science untuk dapat mengelola, menganalisis, dan mengolah data sehingga dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat.

Tak cuma itu, diharapkan juga bisa menciptakan solusi dan teknologi berbasis data untuk menyelesaikan masalah dengan data.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya