Selain Pemilu, Pasar Modal RI Bakal Hadapi Tantangan Ini pada 2019

Selain aspek global, tantangan domestik banyak ikut serta mempengaruhi bursa saham Indonesia.

oleh Bawono Yadika diperbarui 20 Mar 2019, 15:15 WIB
Peserta mengikuti cara berinvestasi Mandiri Skuritas di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Mandiri Sekuritas terus mendorong pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan sejumlah tantangan pasar modal RI pada 2019.

Selain aspek global, tantangan domestik banyak ikut serta mempengaruhi bursa saham Indonesia. Dia melanjutkan, dari dalam negeri, ada enam tantangan yang akan dihadapi pasar modal Indonesia. Sedangkan dari global, akan ada lima tantangan.

"Dalam negeri, ada laporan kinerja keuangan emiten, produk pasar modal, kebijakan moneter kenaikan suku bunga, Pemilu Presiden dan Legislatif, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan kebijakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD)," ujar dia di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Meski begitu, pihaknya menekankan tetap berupaya menjadi penyelenggara efek perdagangan yang terpercaya seperti mengedepankan visi misi serta core value perusahaan.

"Kalau untuk luar negeri, tantanganya ada kebijakan moneter The Fed dan berbagai bank sentral dunia, perang dagang Amerika-China, proyeksi perlambatan ekonomi global, harga minyak dunia hingga Brexit," ujar dia.

Untuk itu, dirinya mengaku akan menambah produk-produk investasi di pasar modal.

"Jadi selain menunggu apakah kebijakan suku bunga tetap ataukah naik, mungkin produk-produk saat ini masih agak kurang ya di pasar modal. Kita akan tingkatkan, perbanyak produk-produk di pasar modal," pungkas dia.

 


Pasar Modal RI Perlu Contoh Finlandia untuk Keamanan Siber

Peserta memantau monitor bursa saham pasar modal di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Hal ini sejalan dengan salah satu inisiatif pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni menambah jumlah investor pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, meningkatnya ancaman serangan siber dari tahun ke tahun tercatat meningkat seiring masifnya perkembangan teknologi.

Itu salah satunya seperti serangan siber yang mengancam untuk industri pasar modal. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi mengatakan, Indonesia dapat mencontoh Finlandia untuk keamanan siber (cybersecurity) di dunia.

Dia menuturkan, cybersecurity perlu ditingkatkan secara berkesinambungan untuk industri pasar modal Indonesia.

"Finland itu suatu negara dengan sistem siber yang terbaik di seluruh dunia di samping mutu pendidikanya yang juga tertinggi di dunia juga. Finland terkenal dengan siber strateginya yang sangat canggih. Jadi memang ada yang perlu kita tingkatkan soal cybersecurity karena percuma negara besar namun rentan terhadap cyber attack maka itu akan lemah," imbuhnya di Gedung BEI, Kamis 24 Januari 2019.

Dia menambahkan, isu keamanan siber begitu krusial terutama di era revolusi industri 4.0. Ia bahkan mengungkapkan, persoalan cybersecurity dapat menyebabkan perang dunia ketiga jika tidak ditangani dengan baik.

"Jack Ma mengatakan revolusi teknologi kalau tidak dengan seksama maka bisa akibatkan perang dunia ketiga. Oleh karena itu serangan siber itu semakin meningkat. Macam-macam motifnya seperti motif ekonomi, politik, dan lain-lain," ujarnya.

Dia pun berharap, BEI dapat terus meningkatkan keamanan siber yang mumpuni di industri pasar modal, menjaga dan melindungi keamanan bagi para investor.

"BEI sebenarnya juga telah mengimplementasikan ISO sejak 2012 dan terus mengaplikasikan itu secara konsistem sampai dengan saat ini. Dengan ISO ini kami berharap bisa berikan layanan terbaik dengan perhatikan aspek keamanan siber seperti confidential dan sebagainya," ujar dia.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya