Liputan6.com, Den Haag - Menteri Kehakiman Belanda, Ferd Grapperhaus, dituntut untuk mundur dari jabatannya usai penembakan di Utrecht pada Senin, 18 Maret 2019. Insiden yang terjadi di dalam trem ini menewaskan tiga orang dan dan melukai beberapa lagi.
Politikus Negeri Kincir Angin, Geert Wilder, menyampaikan tuntutan itu setelah mengetahui bahwa tersangka utama dalam serangan itu, Gokman Tanis, pernah dibebaskan dari penjara. Ia keluar dari tahanan setelah berjanji akan bekerja sama dengan otoritas berwenang dalam satu kasus tertentu. Grapperhaus dianggap turut bertanggung jawab atas keputusan ini.
Baca Juga
Advertisement
Setelah upacara mengenang tiga korban tewas dalam insiden penembakan Utrecht yang berlangsung di parlemen Belanda, Ketua Partai Kebebasan, Geert Wilders, mengatakan, "Grapperhaus jelas bertanggung jawab atas tersangka yang dapat berkeliaran bebas di jalan," demikian seperti dilansir VOA Indonesia pada Rabu (20/3/2019).
"Anda bertanggung jawab secara politik," ujar Wilders, pada Selasa, 19 Maret 2019. "Anda harus mundur."
Sebelumnya, tersangka pelaku penembakan di Utrecht dituduh melakukan pemerkosaan pada 2017. Ia diganjar penjara pada Agustus hingga September pada tahun yang sama dan juga pada 4 Januari lalu ketika ia menolak bekerja sama dengan polisi untuk menyelidiki kasus pemerkosaan.
Setelah mengubah keputusannya dan berjanji akan bekerja sama guna menguak kasus pemerkosaan, Tanis dibebaskan pada 1 Maret. Selain kasus itu, lelaki asal Turki tersebut juga pernah dituntut atas kasus pencurian dan perampokan pada 2018.
Ia dijatuhi hukuman empat bulan penjara dengan tuduhan perampokan dan satu minggu penjara atas tuduhan pencurian. Namun faktanya, Tanis yang berusia 37 tahun tidak pernah menjalani hukuman karena kasusnya masih berstatus banding.
Simak pula video pilihan berikut:
Motif Serangan Masih Menjadi Misteri
Hingga saat ini, motif penembakan di Utrecht, Belanda, yang dilakukan oleh Tanis masih menjadi misteri. Beberapa pihak sebelumnya mengatakan bahwa motif terorisme tidak bisa dikesampingkan. Namun kemudian, Ankara mengatakan bahwa serangan bisa jadi bersifat masalah pribadi.
Otoritas Belanda mengatakan pada Selasa, 19 Maret 2019 bahwa mereka tengah serius menyelidiki kemungkinan motif teroris atas penembakan di trem Utrecht. Penyelidikan termasuk menganalisis temuan barang bukti berupa surat di mobil pelaku. Polisi menginterogasi Tanis dan dua pria lainnya atas peristiwa terkait.
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, sebelumnya mengatakan mereka "tidak bisa mengecualikan" motif lain, termasuk perselisihan keluarga, tetapi polisi dan jaksa mengatakan pada hari Selasa bahwa penyelidikan condong ke arah terorisme.
"Sejauh ini, motif terorisme sedang dipertimbangkan secara serius. Ini didasarkan pada surat yang ditemukan di mobil pelaku di antara hal-hal lain dan fakta-fakta," kata polisi dan kejaksaan dalam sebuah pernyataan bersama seperti dikutip dari The Telegraph.
"Investigasi kami tidak menemukan hubungan antara tersangka utama dan para korban."
"Tiga orang yang tewas dalam penembakan itu adalah seorang wanita berusia 19 tahun dari Vianen, selatan Utrecht, dan dua pria berusia 28 dan 49 tahun dari Utrecht," sambung pernyataan itu.
Polisi bersenjata menangkap Tanis setelah perburuan delapan jam yang hampir menutup kota terbesar keempat Belanda. Perburuannya juga memicu peningkatan keamanan nasional di bandara dan lokasi-lokasi penting.
Polisi mengatakan mereka telah menemukan Renault Clio merah yang digunakan sebagai mobil pelarian setelah penembakan di trem Utrecht, termasuk senjata api dan sepucuk surat.
"Tanis dan dua pria lainnya berusia 23 dan 27 masih diinterogasi," kata polisi.
Advertisement