Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini. Analis memperkirakan rupiah bakal tertekan pada perdagangan hari ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (21/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.105 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.188 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.093 per dolar AS hingga 14.128 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,87 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 14.102 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.231 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, selain memutuskan Fed Fund Rate tetap di kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen, the Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,1 persen dari perkiraan sebelumnya 2,3 persen dan untuk 2020 menjadi 1,9 persen dari 2 persen.
"Proyeksi ini juga menjadi acuan the Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunganya selama 2019 ini pada level saat ini, dan ada potensi turun di tahun 2020 dan 2021," ujar Lana.
The Fed juga menaikkan proyeksi untuk tingkat pengangguran untuk 2019 dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen, dan untuk tahun 2020 dari 3,6 persen menjadi 3,8 persen, serta untuk 2021 dari 3,8 persen menjadi 3,9 persen.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi the Fed yang melambat dan diikuti dengan tingkat pengangguran yang meningkat, menjadi indikasi ada fase melambat perekonomian AS, walaupun belum dapat dikatakan sebagai resesi, yang secara definisi menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang turun bahkan negatif pada fase depresi yaitu resesi yang dalam," kata Lana.
Lana memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak melemah menuju kisaran antara 14.150 per dolar AS sampai 14.180 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.
BACA JUGA
"Jadi ke depan stabilitas rupiahakan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
Advertisement