Pakai Biodiesel di Mobil Tempur Komodo, Pindad Masih Tunggu Izin

Penggunaan biodesel sangat mungkin diimplementasikan pada kendaraan tempur Komodo.

oleh Bawono Yadika diperbarui 21 Mar 2019, 15:45 WIB
Kemampuan yang handal dan desain yang gagah, mobil yang menyerupai kendaraan tempur Humvee milik Amerika Serikat ini begitu diminati.

Liputan6.com, Jakarta - Komodo, kendaraan tempur produksi PT Pindad (Persero), bakal menggunakan bahan bakar biodiesel. Saat ini, kendaraan berbobot 7,5 ton yang bisa memuat 10 orang dengan kapasitas bensin 200 liter tersebut masih menunggu izin penggunaan.

Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengatakan, secara teknis, penggunaan biodesel pada kendaraan tempur aman dan tidak bermasalah.

"Kami sudah coba untuk komodo dan sebenarnya secara operasional sampai saat ini enggak ada masalah, berjalan," ujarnya di Karawang, Jawa Barat, Kamis (21/3/2019).

"Tapi untuk kita full pakai B20 tentunya kita minta regulasi, bukan regulasi tapi izin. Karena apakah nanti dari pihak TNI, kementerian Pertahanan sudah mengizinkan untuk menggunakan full B20 untuk kendaraan tempur kami," dia menambahkan.

Penggunaan biodesel sangat mungkin diimplementasikan pada kendaraan tempur Komodo. Tetapi, tetap proses perizinan harus dilalui terlebih dahulu oleh perusahaan.

"Untuk industri pertahanan memang sementara belum karena ada proses perizinan. Karena lebih spesifik karena mesin-mesin itu kan high pressure sehingga jangan sampai kita kirim ke United Nation, terpengaruh. Sehingga sekarang kita lagi coba dengan B20 tapi alhamdulillah tidak ada masalah," ungkapnya.

Kendati begitu, pihaknya memastikan, jika mobil tempur Komodo dapat menggunakan biodesel 20 persen, maka kendaraan lain perseroan dipastikan juga akan bisa menggunakan B20 secara aman.

"Kalau di komodonya sudah berhasil berarti untuk peralatan-peralatan kita yang eskavator yang reguler APC yang untuk passenger, itu pasti bisa.Karena kalau komodo kan lumayan, kendaraan taktis yang bisa dipakai di medan-medan tempur juga itu aja udah bisa masa yang di komersial nggak bisa," pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bertemu Menko Luhut, Bos Pindad Diminta Tambah Produksi Amunisi

Senjata buatan Pindad dipamerkan dalam acara pemberian hadiah lomba tembak AARM-27/2017 dan AASAM 17 di Jakarta, Rabu (27/12). PT Pindad mengapresiasi kontingen TNI karena berhasil mendapatkan prestasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meminta PT Pindad (Persero) untuk mandiri dalam produksi amunisi dan propelan atau bahan pendorong bubuk mesiu.

"Jadi Pak Menko (Menko Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan) maunya dikurangin impor jadi kemampuan dalam negeri yang ditambah," ujar Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose saat ditemui di Kemenko Maritim, Jakarta, pada Selasa 10 Agustus 2018.

Selain itu, kata dia, Luhut juga meminta agar produksi amunisi oleh Pindad dapat ditingkatkan. Abraham mengakui produksi amunisi Pindad saat ini masih rendah.  

"Kalau kita sekarang amunisi sekitar 197 juta butir per tahun sampai akhir 2019 kita sekitar 300 juta butir per tahun. Akan tetapi kebutuhan itu lebih besar dari itu. Sehingga Pak Menko minta ya coba dibanyakin lagi. Sekitar 300-400 juta butir per tahun, kekurangannya," kata dia.

Dia menyampaikan, untuk mandiri dan meningkatkan kapasitas produksi, yang diperlukan adalah peningkatan investasi dan bahkan pembangunan pabrik baru.

"Kalau Pindad itu apa, saya bilang kita harus mandiri di propelan, kemudian mandiri di amunisi. Untuk mandiri di amunisi berarti kita harus nambah kapasitas amunisi kita. Tambah kapasitas amunisi apa yang diperlukan? duit saya bilang, investasi," kata dia.

Dia mengatakan, Menko Luhut sudah meminta Pindad untuk mengajukan proposal terkait investasi penambahan kapasitas produksi tersebut.

Meskipun dia enggan menyampaikan secara detil berapa total dana yang dibutuhkan untuk menambah kapasitas produksi.

"Beliau minta segera Pindad memberikan proposal untuk pembangunan penambahan amunisi, kemudian memberikan proposal untuk pembangunan propelan," ujar dia.

"Tadi belum sampai bicara kekurangan dana tapi buatlah proposal untuk kapasitas misalnya 200 juta butir per tahun untuk amunisi dan propelan bisa sampai 600 atau 800 ton," tambah dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya