Liputan6.com, Beijing - Sebuah pabrik bahan kimia di Provinsi Jiangsu, China timur meledak pada Kamis, 21 Maret 2019. Setidaknya 12 orang luka dalam kejadian tersebut.
Ledakan terjadi di fasilitas kimia yang dioperasikan oleh Tianjiayi Chemical, Kota Yancheng Provinsi Jiangsu, sebagaimana disampaikan oleh otoritas setempat.
Baca Juga
Advertisement
Dari rekaman video yang dipublikasikan oleh Beijing News di platform mikroblogging China, Weibo, terlihat ledakan besar terjadi di pabrik itu, dengan api menyelimuti bagian atas bangunan. Dalam gambar lain, diketahui asap tebal hitam keluar dari industri, mengutip Channel News Asia pada Kamis (21/3/2019).
Ledakan juga telah menyebabkan rusaknya jendela dari beberapa gedung yang dekat dengan lokasi kejadian.
Saat ini, korban luka telah di bawah ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Selain itu, sejumlah staf medis dan personel dari biro keamanan publik dan pemadam kebakaran juga telah diterjunkan ke lokasi tersebut, menurut sejumlah otoritas lokal.
Hampir bersamaan dengan terjadinya ledakan, administrasi gempa bumi di China juga melaporkan adanya guncangan bermagnitudo 2,2 di Kota Lianyungang, dekat Yancheng. Tidak disebutkan apakah kedua kejadian memiliki keterkaitan.
Simak pula video pilihan berikut:
Sering Terjadi
Insiden terbakarnya pabrik industri memang cukup sering terjadi di Negeri Tirai Bambu. Pada November tahun lalu, sebuah truk yang tengah mengangkut bahan kimia bersifat mudah terbakar, tiba-tiba meledak di pintu masuk pabrik kimia di kota Zhangjiakou, Cina utara. Sebanyak 23 orang dinyatakan tewas dalam tragedi tersebut, dengan 22 lainnya luka-luka.
Sementara itu pada Juli lalu, ledakan di pabrik kimia di Provinsi Sichuan barat daya menewaskan 19 orang dengan 12 korban luka. Belakangan diketahui bahwa perusahaan telah melakukan konstruksi ilegal yang belum melewati pemeriksaan keselamatan oleh oritas setempat.
Sedangkan ledakan pabrik kimia besar terjadi pada 2015 lalu di sebuah fasilitas penyimpanan, menewaskan sedikitnya 165 orang di kota pelabuhan utara Tianjin.
Ledakan itu menyebabkan kerusakan lebih dari US$ 1 miliar (sekira Rp 14,1 miliar) dan memicu kemarahan luas karena kurangnya transparansi terkait penyebab insiden dan dampaknya terhadap lingkungan.
Sejak saat itu, otoritas China telah berjanji untuk meningkatkan standar industri, namun menurut para pencinta lingkunga, mereka khawatir pengawasan belum maksimal, termasuk proses produksi yang tidak jelas untuk bahan kimia berbahaya.
Advertisement