3 Penyebab Chelsea Sering Dikejutkan Tim Papan Tengah

Performa Chelsea bersama Maurizio Sarri belum stabil.

oleh Ario Yosia diperbarui 22 Mar 2019, 09:20 WIB
Pelatih Chelsea, Maurizio Sarri, saat melawan Manchester United pada laga Premier League di Stadion Stamford Bridge, Sabtu (20/10/2018). Kedua tim bermain imbang 2-2. (AP/Matt Dunham)

Jakarta - Chelsea dikalahkan Everton 0-2 pada laga terakhir Liga Inggris. Hasil tersebut membuat mereka tertahan di posisi enam klasemen sementara. Kans lolos Liga Champions musim depan pun mengecil. 

The Blues saat ini mengumpulkan 57 poin dari 30 pertandingan. Mereka terpaut satu poin dari Manchester United yang menempati posisi kelima.

Selain itu, itu adalah kekalahan ketujuh Chelsea di Premier League musim ini dan artinya sudah kalah lebih dari 25 persen dari pertandingan mereka di liga. Mereka juga kalah dari Manchester United di FA Cup.

Jika mereka finis di luar empat besar di liga, Chelsea bakal gagal lolos ke Liga Champions untuk kedua kalinya secara berturut-turut. Posisi Maurizio Sarri di klub pasti berada dalam bahaya.

Sarri diangkat sebagai manajer Chelsea pada awal musim. Namun, pelatih asal Italia itu belum sepenuhnya mampu memenuhi ekspektasi para pendukung klub sejauh ini.

Berikut ini tiga alasan mengapa Chelsea sering menelan kekalahan pada musim ini seperti dilansir Sportskeeda:


Pertahanan yang Keropos

Harry Kane dan David Luis diganjal kartu kuning pada laga lanjutan Premier League yang berlangsung di stadion Stamford Bridge, London, Kamis (28/2). Chelsea menang 2-0 atas Tottenham Hotspur. (AFP/Glyn Kirk)

Chelsea sangat menderita pada musim ini karena buruknya kinerja pemain belakang mereka. Antonio Rudiger merupakan pemain reguler di jantung pertahanan tetapi ia gagal melakukan tekel bersih di dalam dan sekitar kotak. David Luiz juga tidak terlihat solid saat bertahan dan sudah melakukan beberapa kesalahan fatal di daerah pertahanan.

Selain itu, bek sayap Chelsea Marcos Alonso dan Cezar Azpilicueta juga tidak tampil bagus pada musim ini. Alonso melakukan pelanggaran yang tidak perlu sehingga Everton mendapat hadiah penalti. Azpilicueta juga sepertinya lebih nyaman saat maju ke depan.

Karena alasan tersebut, Chelsea sudah kebobolan banyak gol dalam beberapa pertandingan. Mereka kebobolan enam gol melawan City dan empat gik melawan Bournemouth. Arsenal dan United mampu memasukkan dua gol ke gawang Chelsea.

Chelsea tidak bermain di Liga Champions musim ini sehingga mereka tidak bertemu dengan tim raksasa di Eropa. Kalau tidak, mereka mungkin akan kebobolan lebih banyak lagi. Sarri harus segera menemukan solusi untuk masalah pertahanan timnya.


Stok Gelandang Kreatif Terbatas

Jorginho (AFP/Ben Stansall)

Lini tengah Chelsea sangat kurang kreativitas karena mereka memainkan dua gelandang bertahan dalam formasi 4-3-3. N'Golo Kante bermain sebagai gelandang kanan untuk mengakomodasi Jorginho sebagai pemain bertahan.

Jorginho dan Kante sebenarnya bisa mencetak beberapa gol, tetapi itu belum cukup bagi Chelsea. Matteo Kovacic dan Ross Barkley juga bermain sebagai gelandang tengah, tetapi mereka lebih nyaman bermain box-to-box.

Barkley sudah mencetak 8 gol musim ini dan Kovacic belum mencetak satu pun untuk Chelsea. Ini sangat kontras dengan mantan gelandang Chelsea seperti Frank Lampard, yang biasanya mencetak sekitar 20 gol per musim.

Chelsea bisa memberikan waktu bermain yang lebih banyak kepada pemain-pemain seperti Callum Hudson-Odoi dan Willian. Mereka punya kreativitas yang lebih banyak dan skill yang lebih baik.


Penyerang Pemalas

Pemain Chelsea, Eden Hazard, melakukan selebrasi usai membobol gawang Watford pada laga Premier League di Stadion King Power, Rabu (26/12). (AP/Frank Augstein)

Penyerang Chelsea belum banyak berkontribusi dalam bertahan. Mereka biasanya tidak sering menekan pemain belakang lawan dan tidak terbiasa kembali ke daerah pertahanan mereka.

Akibatnya, Chelsea sering kekurangan pemain di sepertiga tengah dan lawan mereka bisa mengambil keuntungan dari itu. Gonzalo Higuain dan Pedro saat berusia 30 tahun dan sangat tidak nyaman sering turun ke belakang.

Selain itu, Eden Hazard lebih memilih untuk tetap di sayap dan melakukan serangan dari sana, tetapi terkadang ia juga tidak mau ikut bertahan. Selain itu, lini depan Chelsea terlalu mudah kehilangan bola dan tidak langsung menekan setelah itu. Itu sangat kontras dengan tim seperti Barcelona, yang para penyerangnya menekan sangat tinggi untuk memenangkan bola kembali.

Barcelona juga bermain dengan formasi 4-3-3 selama lebih dari satu dekade, tetapi pressing tinggi mereka memungkinkan untuk menahan bola lebih sering di sepertiga akhir.

 

Sumber: Bola.net

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya