Liputan6.com, Jakarta - Garuda Indonesia secara resmi telah membatalkan pemesanan pesawat Boeing 737 Max 8. Saat ini sebenarnya masih ada 49 pesawat yang belum dikirim oleh Boeing.
Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso mengatakan, manajemen Garuda Indonesia sudah melayangkan surat ke Boeing terkait pembatalan pemesanan tersebut.
"Sudah dikirimkan surat ke Boeing soal pembatalan pemesanan ini," tegas Agus kepada Liputan6.com, Jumat (22/3/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dijelaskannya, ada beberapa hal yang menjadi alasan Garuda Indonesia membatalkan pemesanan tersebut. Pertama, melihat berbagai temuan yang sudah ada, mulai dari hasil kecelakaan Lion Air PK-LQP dan juga Ethiopia Airlines, sistem piloting pesawat tersebut kurang sempurna.
Kedua, pesawat Boeing yang diklaim paling laris ini, pasca dua kecalakaan tersebut, sudah tidak mendapat kepercayaan dari para penumpang. Meskipun pihak Boeing terus melakukan perbaikan sistem yang dimilikinya.
"Lalu selanjutnya adanya keputusan otoritas unuk melakukan grounded, ini menjadi alasan kuat kami juga untuk memutuskan pembatalan pemesanan ini," tegas Agus.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki satu unit Boeing 737 Max 8. Pesawat ini digunakan Garuda Indonesia lebih banyak untuk melayani rute luar negeri, seperti salah satunya ke Singapura.
Pasca kecelakaan Ethiopia Airlines, Garuda Indonesia mengkandangkan pesawat yang dikenal sebagai pesawat paling irit bahan bakar ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pesawat 737 Max 8 Jatuh, Boeing Rombak Pejabat
Sebelumnya, Boeing melakukan perombakan pada posisi petinggi mereka yang menjabat sebagai insinyur. Langkah ini diambil setelah Eropa dan Kanada kembali menyuarakan protes terkait keselamatan Boeing.
Dilansir Reuters, John Hamilton yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden dan kepala insinyur di divisi Pesawat Komersial Boeing akan fokus sepenuhnya pada jabatan kepala insinyur.
"Ini akan membuatnya sepenuhnya mengabdikan perhatian pada investigasi yang masih berlangsung terkait kecelakaan," tulis Kevin McAllister yang merupakan CEO unit tersebut.
BACA JUGA
Hamilton pernah menjabat sebagai wakil presiden pada April 2016 hingga Maret 2019. Lalu, pada Juli 2013 sampai Maret 2016, Hamilton menjabat sebagai wakil presiden bagian Keselamatan, Keamanan, dan Kepatuhan.
Ia pun sempat mengurus program Commercial Airplanes Organization Designation Authorization, sebuah program terkait tugas sertifikasi keselamatan di bawah Administrasi Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration, FAA) di Amerika Serikat.
E-mail Kevin McAllister itu didapatkan oleh Reuters. Juru bicara Boeing menolak berkomentar tetapi memastikan isi e-mail tersebut valid.
Lebih lanjut, dalam e-mail tersebut McAllister berkata Boeing sedang melakukan prioritasi dan membawa sumber daya tambahan demi proses investigasi.
Selain Hamilton, Lyenne Hopper juga diangkat menjadi wakil presiden bagian Engineering. Hopper sebelumnya memimpin bagian Tes dan Evaluasi di bagian Engineering, Tes, dan Teknologi Boeing.
Hingga kini, berbagai negara dan maskapai di seluruh dunia sedang mengkandangkan Boeing Max 737 Max 8. Saham Boeing pun masih turun 11 persen semenjak tragedi Ethiopian Airlines.
Advertisement