Liputan6.com, Jakarta - Garuda Indonesia memutuskan untuk membatalkan pemesanan Boeing 737 Max 8. Keputusan ini diambil sebagai langkah maskapai untuk tetap mengutamakan keselamatan dan pelayanan penerbangan.
Saat ini Garuda Indonesia sudah mengoperasikan satu unit Boeing 737 Max 8. Sementara masih ada 49 pesawat yang rencana awalnya akan dikirim kembali pada 2021. Namun akhirnya diputuskan untuk membatalkan pesanan tersebut.
Dalam klausul kontrak pembelian, sebenarnya tidak bisa secara sepihak tanpa alasan yang jelas sebuah perusahaan membatalkan pemesanan. Kalaupun terjadi, perusahaan pemesan pesawat tersebut harus membayar denda yang cukup tinggi.
"Namun untuk kasus Max 8 ini kami punya alasan kuat untuk bisa membatalkan pemesanan tanpa harus membayar denda yang cukup tinggi tersebut," kata Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso kepada Liputan6.com, Jumat (22/3/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dijelaskannya, ada beberapa hal yang menjadi modal Garuda Indonesia membatalkan pemesanan tersebut.
Pertama, melihat berbagai temuan yang sudah ada, mulai dari hasil kecelakaan Lion Air PK-LQP dan juga Ethiopia Airlines, sistem piloting pesawat tersebut kurang sempurna.
Kedua, pesawat Boeing yang diklaim paling laris ini, pasca dua kecalakaan tersebut, sudah tidak mendapat kepercayaan dari para penumpang. Meskipun pihak Boeing terus melakukan perbaikan sistem yang dimilikinya.
"Lalu selanjutnya adanya keputusan otoritas untuk melakukan grounded, ini menjadi alasan kuat Garuda Indonesia juga untuk memutuskan pembatalan pemesanan ini," tegas Agus.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pesawat 737 Max 8 Jatuh, Boeing Rombak Pejabat
Sebelumnya, Boeing melakukan perombakan pada posisi petinggi mereka yang menjabat sebagai insinyur. Langkah ini diambil setelah Eropa dan Kanada kembali menyuarakan protes terkait keselamatan Boeing.
Dilansir Reuters, John Hamilton yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden dan kepala insinyur di divisi Pesawat Komersial Boeing akan fokus sepenuhnya pada jabatan kepala insinyur.
"Ini akan membuatnya sepenuhnya mengabdikan perhatian pada investigasi yang masih berlangsung terkait kecelakaan," tulis Kevin McAllister yang merupakan CEO unit tersebut.
BACA JUGA
Hamilton pernah menjabat sebagai wakil presiden pada April 2016 hingga Maret 2019. Lalu, pada Juli 2013 sampai Maret 2016, Hamilton menjabat sebagai wakil presiden bagian Keselamatan, Keamanan, dan Kepatuhan.
Ia pun sempat mengurus program Commercial Airplanes Organization Designation Authorization, sebuah program terkait tugas sertifikasi keselamatan di bawah Administrasi Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration, FAA) di Amerika Serikat.
E-mail Kevin McAllister itu didapatkan oleh Reuters. Juru bicara Boeing menolak berkomentar tetapi memastikan isi e-mail tersebut valid.
Lebih lanjut, dalam e-mail tersebut McAllister berkata Boeing sedang melakukan prioritasi dan membawa sumber daya tambahan demi proses investigasi.
Selain Hamilton, Lyenne Hopper juga diangkat menjadi wakil presiden bagian Engineering. Hopper sebelumnya memimpin bagian Tes dan Evaluasi di bagian Engineering, Tes, dan Teknologi Boeing.
Hingga kini, berbagai negara dan maskapai di seluruh dunia sedang mengkandangkan Boeing Max 737 Max 8. Saham Boeing pun masih turun 11 persen semenjak tragedi Ethiopian Airlines.
Advertisement