3.000 Warga Swedia Implan Microchip di Tangan

Sudah ada 3.000 warga Swedia yang bersedia untuk ditanampkan microchip implan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 24 Mar 2019, 09:00 WIB
Ilustrasi: Teknologi chip implan di manusia (sumber: geekwire.com)

Liputan6.com, Jakarta - Swedia menjadi salah satu negara yang memulai microchip implan pada warganya.

Meski uji coba sudah dilangsungkan sejak dua tahun terakhir, negara ini akhirnya memutuskan untuk melakukan implan langsung kepada warganya dalam skala cukup besar.

Tercatat, seperti dilansir NPR pada Minggu (24/3/2019), sudah ada 3.000 warga Swedia yang bersedia untuk ditanampkan microchip implan.

Adapun keputusan ini dilakukan karena dianggap sebagai cara praktis ketimbang repot-repot membawa dompet.

Dengan microchip di dalam tubuh, mereka tidak perlu lagi repot membawa bermacam kartu akses.

"Menyenangkan mencoba hal baru dan melihat bagaimana penggunaannya untuk memudahkan hidup di masa depan," ucap Ulrika Celsing, salah satu warga Swedia yang mengimplan microchip.

Wanita berusia 28 tahun itu menambahkan, sekarang ia tak perlu lagi membawa kartu gym dan bisa memakai microchip untuk keperluan booking tiket kereta.

Di Swedia, microchip untuk manusia pertama kali dipakai pada 2015. Sekarang, tangan seseorang yang ditanam microchip bisa dipindai untuk mengurus booking tiket kereta secara online yang didaftarkan lewat chip.

Celsing mengimplan microchip di tangan kirinya lewat perusahaan media tempat ia bekerja. Wanita itu pun tidak takut terhadap ancaman peretasan dari oknum jahat.

"Saya berpikir teknologi saat ini belum cukup kuat untuk membuat orang jahat mengotak-atik cip ini," ujarnya.

"Tapi saya akan berpikir lagi tentang ini di masa depan. Saya bisa mencabutnya kapan saja," tandas Celsing.


Ada Risiko Medis

Chip implan. (Foto: Mashable)

Bisa dimaklumi bila antusiasme publik makin bertambah untuk melakukan implan, toh zaman sekarang tren teknologi makin cepat menyebar. Hanya saja pihak ilmuwan ternyata belum sepenuhnya mendukung tren ini.

Masih di Swedia, Ben Libberton, ahli mikrobiologi di MAC IV Laboratory di kota Lund, menyebut ada bahaya nyata pada implan microchip di tubuh manusia.

"Hal itu bisa menyebabkan infeksi atau reaksi ke sistem imun," ia mengingatkan. Sebagai informasi, MAC IV Laboratory adalah fasilitas radiasi sinkronton paling mutakhir di dunia.

Libberton juga khawatir akan data-data yang terdapat di chip yang tertanam. "Saat ini, data yang dikumpulkan dan dibagi oleh implan-implan tersebut masih kecil, tapi pasti akan bertambah," lanjut Libberton.

"Bila makin banyak data yang disimpan di satu tempat seperti chip, akan lebih banyak risiko yang dapat menimpa kita," tukasnya.


Kemenristek Tertarik Implan Microchip

Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir saat melakukan kunjungan ke Liputan6.com, Jakarta, Kamis (21/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir turut tertarik pada implan microchip di tubuh manusia.

Pandangan itu diutarakannya pada pekan pameran pendidikan tingkat lanjut, World Post Graduate Expo 2018, tengah berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC).

"Ini adalah satu inovasi yang dihasilkan di Korea Selatan. Saya bertanya ke penelitinya tentang kemungkinan microchip untuk data personal, dan ternyata sangat mungkin. Saya berpikir ini bisa dipakai untuk meninggalkan e-KTP," ungkap Nasir.

Ia menjelaskan keuntungan microchip yang dipasang pada tubuh manusia memiliki keuntungan di berbagai bidang, seperti kedokteran.

"Dengan microchip di tubuh manusia, dokter bisa lebih efisien dan cepat mendiagnosis, tidak perlu ikut tes-tes lab," jelas Nasir.

Dalam hal monitoring pun, microchip bisa dipakai untuk melacak dan mengenali orang.

"Kalau kita kombinasikan dengan big data, lewat microchip itu bahkan bisa memberi infornasi ke mana istri pergi, bahkan istrinya bisa tahu kalau suami menikah lagi," candanya.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya