Liputan6.com, New York - Seorang YouTuber asal Arizona, Amerika Serikat (AS), terjerat kasus eksploitasi anak karena dituduh menyiksa anak-anaknya ketika membuat video Youtube. Kasus ini pun menyorot anak-anak yang berkarier di dunia digital.
Dilaporkan CNBC, ibu sekaligus YouTuber bernama Machelle Hackney (48) dituduh menganiaya secara fisik tujuh anak yang ia adopsi. Anak-anak itu merupakan bintang di kanal komedinya bernama Fantastic Adventures.
Pihak Youtube telah mencekal kanal milik Hackney yang punya hampir 800 ribu pelanggan dan 2 juta views. Potensi yang diraup kanal itu mencapai USD 20 ribu atau Rp 283 juta (USD 1 = Rp 14.186) per video sponsor.
Menurut Departemen Polisi Maricopa, sang ibu dituduh tidak memberi makan, minum, dan akses ke kamar mandi apabila anak-anak tersebut tidak mengikuti instruksi dalam pembuatan video.
Baca Juga
Advertisement
Hackney juga disebut memukul dan menyemprot anak-anak itu dengan merica ke sekujur tubuh. Pernah juga YouTuber paruh baya itu membawa anak-anaknya pergi dari sekolah demi membuat video.
Kelompok perlindungan anak di industri hiburan menyebut kasus ini dapat menjadi pelajaran agar melindungi anak-anak lain dari eksploitasi serupa.
"Saya benci mengatakannya, tetapi jika keluarga ini malah menjadi contoh, maka itu adalah hal yang bagus karena saya pikir itu bisa menyelamatkan anak-anak lain dari eksploitasi," ujar Anne Henry, co-founder BizParentz Foundation.
YouTuber yang membawa keluarga dan anak juga makin banyak. Hanya saja, nasib anak di Youtube berbeda dari industri layar kaca yang sudah dilindugi hukum.
Pendukung Teori Bumi Datar Meningkat, Ilmuwan Salahkan YouTube
Meningkatnya jumlah pendukung teori Bumi datar, menurut para ilmuwan, diduga kuat atas semakin luasnya akses terhadap situs berbagi video besutan Google, YouTube.
Kecurigaan mereka bertambah ketika menghadiri pertemuan pendukung konsep Bumi Datar terbesar di dunia, yang digelar di Kota Rayleigh, negara bagian North Carolina, pada 2017, dan berlanjut di Kota Denver, Colorado, tahun lalu.
Hasil wawancara terhadap 30 peserta, sebagaimana dikutip dari The Guardian, mengungkap sebuah pola umum tentang bagaimana orang-orang di sana meyakinkan bahwa Bumi bukanlah planet bundar besar yang berotasi di angkasa luar, melainkan sebuah cakram datar besar dengan beberapa fungsi serupa.
Dari 30 responden, kecuali satu orang, mengatakan bahwa sekitar dua tahun lalu, mereka tidak menganggap Bumi berbentuk seperti cakram raksasa. Namun, kemudian berubah pikiran setelah menonton video yang mengkampanyekan teori Bumi Datar di YouTube.
Wawancara tersebut juga menguak fakta bahwa sebagian besar responden lebih dulu menonton beragam video tentang konspirasi lain, seperti tragedi 11 September (9/11), penembakan Sandy Hook di AS, dan keraguan atas pendaratan NASA di Bulan, sebelum kemudian diarahkan oleh YouTube untuk menyaksikan video tentang Bumi Datar.
Beberapa mengatakan hanya menonton video tersebut karena penasaran, sebelum kemudian mengakui bahwa mereka menjadi semakin tertarik untuk menonton video lain yang serupa.
Ashley Landrum, yang memimpin studi terkait di Texas Tech University, mengatakan bahwa salah satu video teori Bumi datar paling populer, 200 proofs Earth is not a spinning ball, terlihat efektif menawarkan argumen yang menarik bagi begitu banyak pola mikir, mulai dari literalis Alkitab dan ahli teori konspirasi, hingga mereka yang memiliki kecenderungan ilmiah.
Dengan satu atau lain cara, orang-orang yang diwawancarai menemukan diri mereka percaya, dan tak lama kemudian bertanya "di mana kurva itu?" Dan "mengapa cakrawala selalu setinggi mata?"
Di sinilah, menurut Landrum, ketertarikan terhadap teori Bumi datar dimulai.
Advertisement