Liputan6.com, Jakarta Mengedepankan rasa kemanusiaan, Kementerian Pariwisata memutuskan menunda pelaksanaan edisi 1 Festival Crossborder Skour 2019. Festival ini dijadwalkan ulang pada 9-11 Mei 2019 di PLBN Skouw, Jayapura, Papua. Event ini sekaligus menjadi perayaan ulang tahun PLBN Skouw. Keputusan ini sebagai bentuk empati Kemenpar atas bencana di Sentani, Jayapura, Papua.
Seharusnya, festival ini digelar pada 26-28 Maret 2018. Tata waktu ini H+1 dari batas Status Siaga Darurat di wilayah Papua.
Advertisement
Seperti diketahui, Sentani diterjang banjir bandang dan tanah lonsor pada Sabtu (16/3). Akibat efek yang ditimbulkannya, Gubernur Papua menerbitkan surat Status Siaga Darurat. Surat bernomor 362/3146/SET, tanggal 19 Maret 2019, menerangkan, status itu diberikan selama 7 hari. Gubernur juga meminta masyarakat mewaspadai potensi terjadinya banjir dan tanah longsor susulan.
Menyikapi kondisi tersebut, Kemenpar juga menyatakan ungkapan bela sungkawa. “Bencana ini adalah kejadian luar biasa. Semua pasti tidak menginginkannya. Kemenpar berempati pada seluruh korban. Imbauan gubernur harus diperhatikan. Upaya pemulihan dikedepankan. Untuk itu, Festival Crossborder Skouw ditunda Mei. Kami berharap publik bisa memahami,” ungkap Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, Kamis (21/3).
Ditunda 9-11 Mei, komposisi konten festival mengalami sedikit perubahan. Festival Crossborder Skouw 2019 tetap mempertahankan amunisi Ras Muhammad dan Dave Solution. Memberi kesegaran, Vanimo Natives Band asal PNG pun dirangkul. Vanimo ini mengisi slot yang sebelumnya diisi Mixmate Band. Dan, publik Papua New Guinea (PNG) dan Papua tetap bisa menikmati sensasi pesta reggae.
“Ada sedikit perubahan pengisi konten utamanya. Vanimo masuk menggantikan Mixmate. Vanimo ini juga populer di PNG dan Papua. Mereka kerap tampil di crossborder. Tetap full dengan genre reggae, kami harap event ini bisa menjadi pelipur kesedihan. Untuk itu, kami tetap mengundang seluruh elemen masyarakat untuk datang ke Skouw pada Mei nanti,” terang Ricky lagi.
Bangun optimisme pasca-bencana
Selain komposisi utamanya, Festival Crossborder Skouw juga akan mempertahankan konten lainnya. Event ini akan menampilkan Festival Paduan Suara lintas bangsa dengan 11 peserta. Komposisinya, ada 6 peserta dari Skouw dan 5 group asal Vanimo, PNG. Paduan suara ini berasal dari Gereja-Gereja pada 2 wilayah tersebut.
Menegaskan potensi bisnisnya, Festival Crossborder Skouw 2019 tetap memberi ruang utama bagi para pelaku bisnis. Ada bazaar yang digelar lengkap dengan beragam produk terbaik.
Selama ini, Skouw terkenal sebagai daerah penghasil kerajinan tangan dan kuliner. Kulinernya sangat khas dengan cita rasa nikmat. Ricky menambahkan, Festival Crossborder Skouw menjadi momentum bangkit Papua.
“Mari berbagi kegembiraan dan cerita optimisme di Skouw. Festival Crossborder Skouw pada bulan Mei nanti harus menjadi momentum kebangkitan Papua secara menyeluruh. Sebab, masih ada kesempatan dan peluang besar untuk menjadi lebih baik lagi. Potensi besar dimiliki destinasi ini,” lanjut Ricky.
Mengusung tema ‘Satu Dalam Keberagaman’, Papua harus bangkit lagi. Menata kembali optimismenya. Sebab, potensi pariwisata besar di miliki Bumi Cenderawasih tersebut.
Dengan kekuatannya, pergerakan wisatawan PNG menuju Papua menjanjikan. Sepanjang 2018, arus wisman tetap naik 1,31%. Angka riil dari pergerakan wisatawan PNG sekitar 143.143 orang di sepanjang 2018.
“Kami turut berduka cita atas bencana yang menimpa Sentani. Kami yakin, bencana ini justru memberi kekuatan. Keteguhan untuk kembali bangkit. Upaya pemulihan harus dilakukan. Kami akan support. Performa pariwisata bagus Jayapura dan Papua tidak boleh turun. Kami optimistis, Festival Crossborder Skouw 2019 di bulan Mei akan memberikan banyak momentum terbaik,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Advertisement