Pemerintah Ciptakan Wirausaha Baru Lewat Pesantren

Program Santripreneur, santri masa kini dituntut untuk tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga mampu berwirausaha.

oleh Pebrianto Eko WicaksonoSeptian Deny diperbarui 23 Mar 2019, 16:41 WIB
Kementerian Airlangga Hartarto. Dok: Merdeka

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendidik santri  untuk menumbuhkan wirausaha baru di Tanah Air.

Salah satunya dengan menjalankan program Santripreneur yang menjadi implementasi dari Peta Jalan Making Indonesia 4.0, dalam pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menuturkan, program Santripreneur, santri masa kini dituntut untuk tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga mampu berwirausaha.

Hal ini merupakan upaya konkret yang dilakukan pemerintah untuk mendorong jiwa wirausaha para santri, antara lain memfasilitasi dengan alat-alat produksi. 

"Misalnya, di Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen ini, kami mengirimkan langsung mesin dan peralatan pembuat roti untuk dimanfaatkan para santri agar bisa produktif dan berwirausaha," kata Airlangga, di Jakarta (23/3/2019).

Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) memberikan sejumlah bantuan alat, yaitu satu unit planetary mixer, satu unit spiral mixer (mesin pencampur adonan), satu unit proofer (mesin pengembang adonan), satu unit oven, satu unit mesin potong roti, satu unit lemari es, dan satu unit impulse sealer (alat perekat plastik).

Kemudian, dua unit meja stainless, 10 unit unit loyang pelengkap oven, satu unit hand mixer, satu unit penggiling adonan manual, satu unit tabung gas beserta regulator dan LPG, satu unit timbangan digital, serta satu unit rak bakery pan. Alat-alat tersebut sudah dikirim sejak bulan lalu.

"Tadi saya memastikan barang yang diserahkan sudah sampai atau belum, ternyata peralatan untuk membuat roti bukan saja sudah sampai tapi sudah dipakai untuk memproduksi roti," ucap Airlangga.

Airlangga berharap, dengan bantuan peralatan produksi roti tersebut, setelah lulus dari pesantren, para santri dari Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen selain menjadi ahli dalam bidang ilmu agama, sekaligus bisa menjadi wirausaha yang andal. 

"Jadi, belajar di pesantren, sambil menimba ilmu agama sekaligus sambil berlatih membuat roti, tentunya harus juga bisa menjualnya, imbuhnya.

Menurut Airlangga, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis keagamaan yang telah dikenal sebagai lembaga yang mandiri, sekaligus agen pembangunan yang menjadi panutan dalam kehidupan masyarakat. 

Selain itu, pondok pesantren telah dikenal menjadi tempat untuk menempa para santri yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur, ulet, jujur, serta pekerja keras.

"Pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi, mengingat sudah banyak pondok pesantren yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit bisnis atau industri berskala kecil dan menengah, dan memiliki inkubator bisnis. Seluruh potensi ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0," paparnya.

Airlangga menginginkan, bantuan berupa alat produksi bisa dimanfaatkan secara optimal, Kementerian Perindustrian, sudah memetakan kebutuhan di setiap pondok pesantren di masing-masing daerah. Contohnya, ada pesantren yang seluruh santrinya menggunakan sandal.

Melihat peluang itu, Kemenperin akan memberikan bantuan berupa alat produksi membuat sandal. Jadi nanti kami bantu caranya membuat sandal, sehingga ekonominya menjadi ekosistem di pesantren.

Seluruh kebutuhan santri itu bisa dipenuhi oleh usaha atau koperasi yang dibangun oleh pesantren itu sendiri, terangnya.

Program pengembangan santri

Lebih lanjut, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan beberapa program atau model untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren dan menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan di kalangan santri maupun alumni santri.

"Model yang pertama adalah model Penumbuhan Wirausaha Industri Baru dan Pengembangan Unit Industri di lingkungan pondok pesantren atau dikenal dengan program Santri Berindustri, kata dia.


Bina 22 Pesantren

Santri Kota Tangerang Selatan mengikuti apel untuk memperingati Hari Santri Nasional di lapangan Pesantren AL-Amanah AL-Gontroy, Pondok Aren, Senin (22/10). Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Model kedua, yakni program Santri Berkreasi, bertujuan untuk mendidik dan mengembangkan potensi kreatif para santri, di bidang produksi digital dan mencetak creativepreneur di lingkungan pondok pesantren.

Selain itu, dalam rangka memacu implementasi industri 4.0 di sektor IKM, Kemenperin juga turut mendorong para santri dapat mengukuti program e-Smart IKM.

Melalui e-Smart IKM, Kemenperin berupaya melakukan edukasi dan pembinaan terhadap IKM untuk masuk dalam e-commerce. Hal ini merupakan upaya konkret pemerintah untuk lebih memperluas akses pasar IKM dan memperbesar presentase produk Indonesia di e-commerce.

Program studi teknologi yang ada di pesantren harus link and match dengan  kebutuhan di era digital. Paling penting dan diperlukan dalam era digital ini, yaitu program studi sains teknologi, kemudian engineering, art dan matematika. Karena program studi tersebut adalah kunci dari ekonomi digital, imbuhnya.

Berdasarkan data Kemenperin, hingga 2018, Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin telah melatih sebanyak 5.945 pelaku IKM di seluruh Indonesia dan membukukan transaksi lebih dari 1,3 miliar pada  2018 yang lalu, naik 773 persen dari transaksi tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 168 juta.

Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih mengungkapkan, hingga saat ini, pihaknya telah membina sebanyak 22 pondok pesantren dengan lebih dari 3.000 santri telah diberikan pelatihan produksi, serta motivasi kewirausahaan.

"Cakupan ruang lingkup pembinaan kami, di antaranya pelatihan produksi dan bantuan mesin atau peralatan di bidang olahan pangan dan minuman (roti dan kopi), perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, daur ulang sampah dan produksi pupuk organik cair," tandasnya.

 

 

 


Kemenperin Targetkan 4.000 Wirausaha Baru Muncul dari Pondok Pesantren

Para santri tengah mengeringkan gula aren di dapur produksi Gentong Mas (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan penciptaan 4.000 wirausaha baru pada 2019. Angka ini meningkat dibandingkan 2018 yang sebesar 3.000 wirausaha baru.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan, penciptaan wirausaha baru ini salah satunya menyasar kelompok santri pada pondok pesantren di berbagai wilayah Indonesia melalui program Santripreneur.

"Kita inginnya tahun ini meningkat minimal 10 persen, dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu itu 3.000, targetnya tahun ini 4.000 lah," ujar dia, Sabtu 23 Maret 2019.

Dia menjelaskan, pada tahun lalu, program Santripreneur oleh Ditjen IKMA telah membina sebanyak 22 pondok pesantren dengan lebih dari 3.000 santri telah diberikan pelatihan produksi, serta motivasi kewirausahaan.

"Cakupan ruang lingkup pembinaan kami diantaranya pelatihan produksi dan bantuan mesin atau peralatan di bidang olahan pangan dan minuman (roti dan kopi), perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, daur ulang sampah dan produksi pupuk organik cair," ujar dia.

Berdasarkan sensus Kementerian Agama di tahun 2014-2015, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan sebanyak 28.961 yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sekitar 4.028.660 santri. 

Dari total 28.961 pondok pesantren, sekitar 23.331 pondok pesantren atau sekitar 80 persen di antaranya tersebar di empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten.

"Pondok pesantren memiliki potensi dalam penyediaan sumber daya manusia, yaitu para santri yang berkualitas, ulet, sabar, jujur dan tekun," ungkap Gati.

Pada 2019, salah satu pondok pesantren yang mendapatkan manfaat dari program ini yaitu Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, melalui Program Wira Usaha Baru (WUB) Santri Bidang Industri.

Gati  menuturkan, pondok pesantren memiliki potensi pemberdayaan ekonomi, mengingat sudah banyak pondok pesantren yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit bisnis atau industri berskala kecil dan menengah, dan memiliki inkubator bisnis.

Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, pondok pesantren memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional, salah satunya melalui penumbuhan wirausaha industri baru di lingkungan pondok pesantren.

"Tujuan dari kegiatan ini adalah menumbuhkan wirausaha baru di kalangan para santri, sehingga santri dapat menciptakan usaha-usaha baru di bidang industri," tandas dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya