Museum di Jerman Hadirkan Michael Jackson Lewat Karya Seni Foto

Museum di Bonn, Jerman ini menggelar pameran potret Michael Jackson dari tanggal 22 Maret hingga 14 Juli 2019.

Oleh DW.com diperbarui 23 Mar 2019, 17:49 WIB
Pria berpenampilan Michael Jackson berpose di karpet merah pemutaran film Solo: A Star Wars Story pada Festival Film Cannes, Selasa (15/5). Kehadiran pria mirip mendiang raja musik pop dunia tersebut mengundang perhatian. (AFP/Anne-Christine POUJOULAT)

Liputan6.com, Bonn - Sosok Michael Jackson dihadirkan kembali lewat pameran seni di Museum di Bonn, Jerman. Pameran ini diselenggarakan di tengah kontroversi terkait isu kekerasan seksual yang dilakukan Sang Raja Pop terhadap anak.

Pameran potret Michael Jackson telah direncanakan jauh sebelum pemutaran film dokumenter Leaving Neverland ditayangkan perdana oleh stasiun televisi HBO 3 Maret. Dokumenter tersebut mengupas kisah dua anak laki-laki yang dulu menjadi korban kekerasan raja pop dunia itu.

Pameran bertajuk "Michael Jackson: On the Wall” pertama kali ditampilkan di Galeri Potret Nasional di London. Pameran berlanjut di Grand Palais di Paris hingga 14 Februari 2019 lalu.

Namun kini citra sang Raja Pop berubah sejak pemutaran film dokumenter tersebut. Leaving Neverland menceritakan dua orang korban kekerasan Jackson, yakni James Safechuck (40 tahun) dan Wade Robson (36 tahun). Mereka menceritakan pengalaman buruknya semasa kecil bersama Jackson. Buntut dari dokumenter ini, sejumlah stasiun radio dari mancanegara tak mau memutarkan lagu-lagu Michael Jackson.

Tak menyurutkan niat, museum di Bonn tetap menggelar pameran sesuai rencana, yakni dari tanggal 22 Maret hingga 14 Juli 2019.

"Terutama saat ini, saat kasus kekerasan itu menguak, momen ini mejadi penting untuk melihat kembali sosok sang Raja Pop," kata Rein Wolfs, Direktur Bundeskunsthalle, museum seni di Bonn seperti diberitakan DW yang dikutip Sabtu (23/3/2019).

Tak hanya untuk dikagumi, lewat pameran ini pengunjung juga dapat melihat Jackson dari beragam sudut padang termasuk perspektif yang kritis. "Saya percaya kehadiran pameran ini sebagai wadah yang bisa menjadi tempat diskusi yang lebih baik daripada menghilangkan kenangannya," tambah Wolfs.

Menulis ulang sejarah Jackson?

Nicholas Cullinan, seorang kurator asal Inggris yang juga hadir di pembukaan pameran menambahkan bahwa pameran ini tidak bertujuan untuk "merayakan kejayaan " Jackson.

"Ini adalah soal rumitnya sosok Jackson, soal bagaimana ia memiliki makna yang berbeda bagi orang yang beda pula,” ujar Cullinan.

Menurutnya, Jakson yang meninggal dunia 2009 lalu itu telah banyak meninggalkan jejak dalam sejarah pop. Rasanya tak mungkin menghilangkan jejaknya dari sebuah bagian budaya. "Kita tidak bisa menulis ulang sejarah, tapi kita bisa membingkai ulang sejarah,” tambahnya.

Sebanyak 134 karya seni dari 53 seniman ditampilkan dalam pameran ini. Beberapa di antaranya adalah karya Andy Warhol, Keith Haring, Isa Genzken, Yan Pei Ming, dan David LaChapelle, yang menggambarkan Jackson sebagai "America Jesus”.

Menghadapi banyak pertanyaan sulit

Pihak Michael Jackson telah mengajukan gugatan sebesar 100 juta Dollar atau sekitar 1,4 triliun Rupiah kepada HBO atas tuduhan "pembunuhan karakter terhadap anumerta” atau pembunuhan karakter bagi penyanyi yang telah tiada ini. Pihak penyelengara pameran menjamin tidak akan menghindari pertanyaan terkait tuduhan kekerasan yang dilakukan Jackson.

Pembukaan pameran dibuka dengan pernyataan tertulis: "Tuduhan yang dibuat oleh korban memang mengejutkan. Kami lihat ini sebagai sebuah tanggung jawab untuk tidak mengabaikannya."

Film dokumentar ini tayang perdana di Jerman pada 6 April 2019. Sebuah panel diskusi dihadirkan di hari yang sama di pameran.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya