Liputan6.com, Mojokerto Air jernih memenuhi bak mandi di rumah Muchlis, seorang warga Desa Claket, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Air itu begitu jernih layaknya air yang bersumber dari pegunungan.
Sensasi sejuk dan dingin terasa ketika Health-Liputan6.con mencoba menyentuh air tersebut. Anda tak akan menyangka, air tersebut berasal dari sumur resapan yang ada di halaman rumah Muchlis. Sumur resapan berfungsi menampung air hujan yang jatuh dari atap rumah.
Baca Juga
Advertisement
Melalui pipa, air hujan akan mengalir ke dalam sumur resapan. Kemudian air meresap ke dalam tanah. Kebutuhan air sehari-hari, baik mandi dan mencuci dapat terpenuhi dari air sumur resapan.
"Iya, itu airnya langsung dari sumur resapan ini. Jernih sekali kan seperti air pegunungan?" ucap Muchlis saat Health Liputan6.com dan rombongan berkunjung ke rumahnya untuk melihat sumur resapan, ditulis Senin, 25 Maret 2019.
Sumur resapan di halaman rumah Muchlis sudah dibangun sejak tahun 2014. Adanya sumur resapan tak hanya memberikan manfaat bagi keluarga Muchlis, melainkan juga tetangga dari beberapa rumah. Tepatnya, kebutuhan air untuk dua sampai tiga rumah tetangga Muchlis bisa terpenuhi.
"Kebutuhan air dari sumur resapan ini bisa untuk dua sampai tiga rumah. Dua rumah tetangga saya dan rumah saya sendiri. Sangat bermanfaatlah pokoknya," ujar Muchlis.
Simak video menarik berikut ini:
Banjir tersingkir
Manfaat sumur resapan yang dibangun Muchlis tak hanya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari saja. Dengan adanya sumur resapan, banjir yang pernah terjadi beberapa kali pun bisa tersingkir.
"Sebelum ada sumur resapan, konflik warga terhadap tanah sangat besar sekali. Ini karena rumah yang satu dan rumah lain berhimpitan. Apalagi kalau hujan deras (saling menyalahkan), rumah-rumah tetangga banjir," jelas Muchlis.
Pernah juga muncul konflik, sebuah rumah kebanjiran karena tanah milik tetangga di sebelah rumah tersebut tak punya daya serap. Saat hujan, air tak meresap ke dalam tanah, melainkan mengalir begitu saja sehingga menyebabkan banjir pada rumah lain.
"Enam rumah dari rumah saya ini, sebelum pemasangan sumur resapan di tahun 2014 itu pasti kebanjiran. Setelah dibangun sumur resapan, tidak ada konflik (antar tetangga) sama sekali. Kami pakai dua sampai tiga sumur resapan secara estafet," Muchlis melanjutkan.
Advertisement
Modifikasi sumur resapan
Di lingkungan tempat tinggal Muchlis, dibangun pula beberapa sumur resapan lain. Rumah tetangga yang berada di sebelah selatan dan barat, lokasi rumah kepala dusun juga dibangun sumur resapan.
Namun, sumur resapan yang ada di rumah Muchlis berbeda dengan yang lain. Muchlis membuat sumur resapan dengan modifikasi sendiri.
"Karena (rumah) dekat jalan. Saya coba menggunakan batu bata pada dinding sumur. Kalau ada getaran di jalan akibat kendaraan yang lewat, tanahnya nanti biar enggak bergetar. Bisa cegah tanah ambrol (jatuh menutupi) yang bisa merusak sumur resapan," jelas Muchlis.
Sumur resapan berukuran 2 x 2 x 2 meter. Sebenarnya, pembuatan sumur resapan tidak perlu dikasih batu bata, menurut Manajer Program Coca-Cola Indonesia, Agus Priyono.
"Sebenarnya, enggak perlu batu bata juga, cukup tanah saja. Tapi karena rumah Pak Muchlis ini dekat dengan jalan dan dilalui kendaraan kan ada getaran. Takutnya tanahnya ambrol. Jadi, untuk pembuatan sumur resapan dikondisikan dengan kondisi tanah dan lokasi rumah," kata Agus.
Dalam kondisi penuh, sumur resapan bisa mencapai 8,5 kubik. Proses penyerapan air sekitar 75 menit sampai dua jam. Kecepatan resapan air untuk masuk ke dalam tanah juga dipengaruhi kontur tanah yang ada di sekitarnya. Kalau kontur tanah di sekitarnya mengandung liat, maka penyerapan air ke tanah akan lama.
"Tapi kalau banyak pasir maka cepat meresap ke tanah," Agus melanjutkan.