Selain Plastik, Ini 7 Benda Sehari-hari yang Paling Sulit Terurai

Mari kurangi sampah plastik di sekitar kita ya.

oleh Yunisda Dwi Saputri diperbarui 24 Mar 2019, 17:39 WIB
Ilustrasi plastik (Sumber: Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Plastik menjadi suatu bahan yang hampir tak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun perlu diketahui bahwa plastik rupanya tidak membawa manfaat yang sama terhadap makhluk hidup lain, seperti binatang. 

Banyak sekali berita yang menyebutkan kejadian nahas yang dialami ikan-ikan di laut. Misalnya saja kura-kura yang hidungnya tersumbat sedotan plastik sehingga harus dicabut hingga berdarah. Tak hanya itu, seekor paus sperma pun ditemukan mati dalam keadaan perut dipenuhi dengan ribuan plastik.

Dari fenomena tersebut, sudah jelas bahwa plastik sangatlah berbahaya karena tidak dapat terurai. Namun tidak berarti manusia hanya perlu mengurangi konsumsi plastik saja. Pasalnya, masih banyak benda yang dipakai sehari-hari yang juga sangat sulit untuk terurai oleh tanah.

Untuk itu, berikut Liputan6.com paparkan 7 benda sehari-hari yang paling sulit terurai untuk menjadi perhatian, seperti yang dirangkum dari Reader’s Digest, Minggu (24/3/2019).


Styrofoam dan Botol Kaca

Styrofoam

1. Styrofoam

Banyak orang yang malas mencuci piring dan beralih ke styrofoam sebagai wadah untuk menyajikan makanan. Khususnya di acara-acara khusus yang berlangsung hingga petang, sehingga membutuhkan konsumsi untuk mengganjal perut.

Namun, nyatanya styrofoam hanya mampu mengatasi malas mencuci piring. Sebaliknya, styrofoam membawa dampak buruk bagi lingkungan karena sifatnya yang sulit terurai. Hal ini karena styrofoam terbuat dari polystyrene, yaitu suatu bahan yang berasal dari minyak bumi yang membuat tanah sulit menguraikannya.

2. Botol kaca

Menurut Environmental Protection Agency, botol kaca adalah salah satu benda sehari-hari yang paling sulit terurai. Meski kaca bisa didaur ulang dengan dileburkan dalam panas, namun botol kaca yang dibuang di lautan tidak akan bisa terurai. Bahkan, sampai jutaan tahun sekalipun.

Selain itu, energi yang dibutuhkan untuk mendaur ulang gelas kaca mampu menyalakan sebuah bohlam lampu bertegangan 100 wat. Maka, cara paling tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan mengurangi penggunaan botol kaca.

 


Botol plastik dan Kaleng Aluminium

Gambar ilustrasi

3. Botol plastik

Walaupun tidak separah kantong plastik, namun botol plastik juga menyumbang dampak yang sama bagi makhluk hidup di bumi. Untuk menguraikan botol plastik minuman, diperlukan waktu 70 hingga 450 tahun.

Untuk itu, lebih baik gunakan botol plastik yang menggunakan bahan yang mudah terurai  yang telah tersedia di banyak tempat.

4. Kaleng aluminium

Kaleng aluminium membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk dapat terurai. Meski bahan aluminium dapat didaur ulang dengan mudah, namun jumlah yang banyak akan mempersulit proses sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.


Kartrid tinta, Popok bayi dan Baterai

Gambar ilustrasi

5. Kartrid tinta

Bagi kamu para pelajar pasti tidak asing dengan kartrid tinta yang berada dalam mesin printer. Benda ini rupanya bisa membawa dampak buruk bagi ekosistem. Pasalnya, kartrid tinta membutuhkan waktu antara 450 hingga 1000 tahun untuk dapat terkikis secara menyeluruh.

6. Popok bayi

Seiring berjalannya waktu, jenis bahan opok bayi semakin beragam. Namun tidak berarti bahan yang digunakan terbilang ramah lingkungan. Sayangnya, banyak popok bayi yang terbuat dari plastik dan kapas yang kurang baik untuk lingkungan

Meski dapat menyerap kencing bayi secara maksimal, namun popok bayi ternyata membutuhkan waktu yang tidak sebentar aagar bisa menyatu dengan tanah. Popok bayi baru bisa terurai dalam waktu 500 tahun. Selain itu, pembuatan popok bayi pun memerlukan sangat banyak air.

7. Baterai

Benda yang digunakan sehari-hari seperti baterai rupanya memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Baterai bekas termasuk ke dalam benda yang paling sulit terurai karena membutuhkan waktu 100 tahun untuk dapat terurai.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya