Serpihan Riwayat ABRI, Golput dan Akhir Orde Baru dalam Film AMD

Film berdurasi 13 menit ini bercerita soal mahasiswa yang mengkampanyekan golongan putih (golput) menjelang pemilu pada masa akhir Orde Baru

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 25 Mar 2019, 15:00 WIB
Pengambilan gambar film ABRI Masuk Desa. (Foto: Liputan6.com/CLC Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) dan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga bakal memutar perdana film ABRI Masuk Desa (AMD) pada pada Hari Film Nasional, Sabtu 30 Maret 2019, 19.30 WIB di GOR Mahesa Jenar, Purbalingga.

Rencananya, pada malam yang sama, film AMD juga diputar di gedung Perpustakaan Universitas Teknologi Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang merupakan kerjasama dengan Sumbawa Cinema Society (SCS).

Sutradara Film AMD, Bowo Leksono mengatakan film berdurasi 13 menit ini bercerita soal mahasiswa yang mengkampanyekan golongan putih (golput) menjelang pemilu pada masa akhir Orde Baru.

Alkisah, seorang aktifis mahasiswa, Fajar pulang dari kota di mana ia berkuliah. Kepulangannya yang tercium kelompok Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang saat itu bermarkas di balai desa menjelang Pemilu 1997.

Layaknya aktifis mahasiswa saat itu, dengan berbagai alasan kuat, Fajar menolak pemilu. Makanya, ia menjadi salah satu aktifis yang getol mengkampanyekan golput alias golongan putih.

Rupanya, gerak-gerik Fajar itu telah tercium oleh aparat. Alasan ini cukup bagi ABRI untuk menangkap Fajar dengan dengan dalih kepentingna umum dan dengan cara membenturkan Fajar dengan sesama pemuda desa.

Meski bertajuk film fiksi, ternyata film yang dialognya menggunakan bahasa Jawa Banyumasan alias ngapak ini diangkat dari kisah nyata. Peristiwa itu terjadi di salah satu desa di Purbalingga.

"Kejadiannya menjelang Pemilu terakhir dimasa Orde Baru," katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 24 Maret 2019.

Bowo mengungkapkan, film ini diproduksi untuk menawarkan serpihan sejarah orde baru kepada generasi millenial yang cenderung abai pada sejarah-sejarah kelam di Indonesia. Generasi yang lahir usai runtuhnya orde baru perlu memahami sejarah kekuasaan orba.

Saksikan video pilihan berikut:


Literasi Generasi Millenial untuk Belajar Sejarah

Salah satu adegan dalam film ABRI Masuk Desa. (Foto: Liputan6.com/CLC Purbalingga/Muhamad Ridlo)

"Sejarah kelam di akhir kekuasaan orba saja kurang memahami, terlebih sejarah awal terbentuknya orde yang berkuasa selama 32 tahun itu," ucapnya.

Kemasan film akan membantu generasi millenial dalam mempelajari sejarah. Sudah menjadi rahasia, minat membaca buku generasi sekarang relatif rendah dibanding generasi-generasi terdahulu.

"Saya pikir, salah satunya kurangnya membaca. Nah, sejarah dalam kemasan film bisa menjadi pilihan renyah dalam mempelajari sejarah," dia menerangkan.

Sesuai pemutaran film, panitia akan menggelar bedah film dan diskusi santai. Berbagai kesenian yang melibatkan seniman-seniman asal Purbalingga juga bakal ditampilkan. Di antaranya, pementasan monolog berjudul Menjelang Pesta Kebun, pembacaan puisi dan penampilan musik berlatar ‘98.

Penonton juga akan disuguh kopi gratis dari Kopi Manik asli Desa Losari, Kecamatan Rembang, Purbalingga yang persembahkan Bela-Beli Purbalingga.

Bowo menambahkan, Film pendek fiksi ABRI Masuk Desa merupakan produksi Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jaringan Kerja Film Banyumas Raya (JKFB), dan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga.

Film yang sutingnya di beberapa lokasi di Desa Cipawon, Kecamatan Bukateja, Purbalingga akhir tahun lalu ini diproduksi dari program Fasilitasi Pengembangan Perfilman Bagi Komunitas dan Masyarakat tahun 2018 Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemutaran perdana ini merupakan program pemutaran bulanan CLC Purbalingga Bioskop Rakyat sekaligus dalam rangka HFN ke-69 yang jatuh tepat pada 30 Maret.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya