Wiranto: Ketika Persatuan Rapuh, Indonesia Akan Alami Keadaan Sangat Sulit

Menurut Wiranto, dengan bersatu maka bangsa Indonesia bisa melakukan pembangunan.

oleh Muhammad Ali diperbarui 25 Mar 2019, 12:53 WIB
Menko Polhukam Wiranto (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan rasa syukurnya bahwa bangsa Indonesia sudah mampu untuk merawat persatuan hingga kini. Meski diterpa ancaman dan gangguan yang dapat mengrongrong persatuan Indonesia.

Hal itu dikatakan Wiranto dalam Forum Koordinator dan Sinkronisasi Memperteguh Kebhinekaan di Kota Depok, Kamis 21 Maret 2019 malam.

“Apa dari sisi agama muncul ideologi lain, sisi kesukuan muncul egoisme suku, dari sisi ras, dari sisi perbedaan derajat sosial, ini semua mengisyaratkan bahwa merawat persatuan tidak mudah tapi harus. Sebab, tatkala persatuan sudah tercemar, persatuan ini rapuh maka bangsa Indonesia akan mengalami keadaan yang sangat sulit,” ujar Wiranto dalam keterangannya, Senin (25/3/2019).

Menurut Wiranto, dengan bersatu maka bangsa Indonesia bisa melakukan pembangunan. Dikatakan, Presiden Joko Widodo bisa melaksanakan Nawacita yang ke tiga yakni membangun dari pinggiran karena persatuan tersebut.

Menurut Wiranto, membangun dari pinggiran merupakan terobosan yang berani dilakukan Presiden Jokowi karena tidak akan terkenal dibandingkan membangun di kota besar.

Namun hal itu harus dilakukan. Karena dengan menyatukan dan mempersatukan Indonesia seluruh wilayah Tanah Air dan dengan membangun dari pinggiran, maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa tercapai.

“Saya sendiri sebagai ketua dewan pengarah pembangunan perbatasan, tugasnya memadukan seluruh kekuatan kementerian lembaga untuk betul-betul membangun daerah secara terpadu," ujar Wiranto.

 


Pembangunan Pos Lintas Batas

Menko Polhukam Wiranto (Liputan6.com/Aditya Prakasa)

Ada 7 pos lintas batas yang sekarang sangat megah karena hasil pembangunan dari pinggiran. Pos lintas batas yang tadinya kumuh sudah dirobohkan. "Dari 18 pos lintas batas yang rencananya akan dibangun, sudah 7 yang sekarang sangat megah dan tinggal 11 yang akan diselesaikan akhir tahun 2019,” kata Wiranto.

Dalam kesempatan itu, Wiranto juga menilai pemilu kali ini merupakan ajang demokrasi yang istimewa karena baru pertama kali dilaksanakan serentak. Yaitu memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota legislatif DPR pusat dan daerah, dan DPD secara serentak.

“Tidak mudah karena lebih dari 200 juta jiwa, semua berbondong ke TPS memilih bersama-sama dan harus aman, tertib lancar, bermartabat, sukses, ini tugas kita bersama,” ujarnya.

Meski begitu, ia mengatakan di negeri ini yang berdaulat adalah rakyat. Hal itu sudah dijelaskan diisyaratkan dalam UUD 1945. Selain itu, saat proklamasi kemerdekaan, Sukarno dan Hatta juga menandatangani naskah kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia.

“Oleh karena itu, pemilu harus sukses, kalau tidak aman maka tidak sukses. Pemilu menjadi sangat penting, banyak yang masih keliru pemahamanannya, pemilu bukan diadu pemimpin tapi dipilih, berhadapan dengan rakyat, menampilkan kehebatannya baru rakyat milih yang terbaik, yang punya kompetensi, pengalaman, mampu sebagai nakhoda Indonesia menuju pulau harapan,” jelas Wiranto.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna mengatakan perbedaan pandangan dan pilihan berpolitik menjadi hal lumrah bagi masyarakat Kota Depok. Ia menyadari akar sejarah kelahiran Kota Depok didasarkan atas keberagaman suku, bangsa, ras dan agama, sehingga perbedaan pandang dan pilihan politik tidak menjadi hal yang mengkhawatirkan dan meresahkan.

“Kami menyadari perbedaan tidak harus dibayar dengan perpecahan justru akan memberikan keunggulan dalam pelaksanaan pembangunan. Dari pengalaman kami, pesta demokrasi di Depok semua berjalan aman, lancar, kondusif dan ini kami syukuri sebagai masyarakat Kota Depok,” ujar Pradi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya