Liputan6.com, Caracas - Para pejabat militer Rusia dilaporkan mengunjungi Venezuela secara diam-diam pada Sabtu 23 Maret 2019. Dua pesawat angkatan udara Negeri Beruang Merah dikabarkan terparkir di Bandara Internasional Simon Bolivar di Caracas, hampir sepanjang akhir pekan lalu.
Sebuah situs web pelacakan penerbangan menunjukkan bahwa dua pesawat tersebut berangkat dari bandara militer Rusia menuju Caracas pada hari Jumat, demikian sebagaimana dikutip dari France 24 pada Senin (25/3/2019).
Sementara situs pelacakan penerbangan lainnya menunjukkan bahwa salah satu pesawat terkait meninggalkan Caracas pada hari Minggu.
Baca Juga
Advertisement
Kunjungan itu terjadi tiga bulan setelah kedua negara mengadakan latihan militer di Venezuela, yang oleh Presiden Nicolas Maduro disebut sebagai tanda hubungan kuat antara Caracas dan Moskow.
Namun di lain pihak, Amerika Serikat (AS) menyebut kerja sama tersebut sebagai bentuk perambahan Rusia terhadap Venezuela.
Sebuah jet penumpang Ilyushin IL-62 dan pesawat kargo militer Antonov AN-124 berangkat ke Caracas pada hari Jumat dari bandara militer Rusia Chkalovsky, dan sempat transit di Suriah, lapor situs pelacakan penerbangan Flightradar24.
Penerbangan tersebut membawa para pejabat militer Rusia yang tiba untuk "bertukar pikiran", tulis kantor berita milik pemerintah Rusia Sputnik, yang mengutip sumber tanpa nama di kedutaan besar negara itu di Venezuela.
"Rusia memiliki berbagai kontrak (dengan Venezuela) yang sedang dalam proses pemenuhan, kontrak dengan karakter militer teknis," tambah Sputnik mengutip sumber terkait.
Meski begitu, tidak ada tanggapan resmi dari Kementerian Informasi Venezuela tentang kunjungan militer Rusia tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Dukungan Rusia ke Venezuela
Sebelumnya pada Desember lalu, dua pesawat pembom strategis Rusia --yang mampu membawa senjata nuklir-- mendarat di Venezuela, sebagai bentuk dukungan bagi pemerintah sosialis Maduro. Hal itu membuat geram Washington.
Pemerintahan Donald Trump telah mengenakan sanksi yang melumpuhkan pada industri minyak Venezuela, sebagai upaya untuk mendorong Maduro turun dari kekuasaan.
AS juga telah meminta para pemimpin militer Venezuela untuk meninggalkan rezim Maduro, yang dibalas oleh sang pemimpin sosialis sebagai campur tangan Washington.
Saat ini, Venezuela telah memenangkan dukungan diplomatik dari Rusia dan China.
Sementara itu, pada Rabu 20 Maret, Maduro mengatakan bahwa Rusia akan mengirim obat-obatan ke Venezuela, tanpa menjelaskan bagaimana bantuan itu akan tiba.
Maduro juga menyebut bahwa Rusia telah mengirim sekitar 300 ton bantuan kemanusiaan pada Februari lalu.
Di saat bersamaan, pemerintahan Maduro telah memblokir konvoi bantuan kemanusiaan terhadap Venezuela, yang dikoordinasikan oleh pemimpin oposisi Juan Guaido.
Bersama dengan pasukan yang disediakan oleh Amerika Serikat, konvoi tersebut diupayakan masuk melalui perbatasan dengan Kolombia.
Advertisement