Liputan6.com, Jakarta - Para pemegang saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menyetujui perubahan susunan direksi dan komisaris perseroan.
Keputusan itu diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) WIKA yang diselenggarakan pada Senin (25/3/2019). Adapun susunan direksi dan dewan komisaris perseroan pasca RUPSLB adalah:
Baca Juga
Advertisement
Komisaris Utama Imam Santoso
Komisaris Independen Achmad Hidayat
Komisaris Independen Suryo Hapsoro
Komisaris Liliek Mayasari
Komisaris Freddy Saragih
Komisaris Edy Sudarmanto
Sedangkan jajaran Dewan Direksi adalah sebagai berikut:
Direktur Utama Tumiyana
Direktur Operasi I Agung Budi Waskito
Direktur Operasi II Bambang Pramujo
Direktur Operasi III Destiawan Soewardjono
Direktur Human Capital
dan Pengembangan Novel Arsyad
Direktur Keuangan Ade Wahyu
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana menjelaskan, berdasarkan laporan keuangan per tahun 2018 yang belum diaudit, WIKA membukukan laba bersih sebesar Rp 52,89 persen menjadi Rp 2,07 triliun dibandingkan realisasi pada 2017 sebesar Rp 1,36 triliun.
Sementara itu, penjualan Wijaya Karya (belum termasuk proyek-proyek kerja sama operasi/KSO) sepanjang tahun lalu mencapai Rp 31,16 triliun, tumbuh sekitar 19,03 persen dari Rp 26,18 triliun di periode yang sama tahun 2017.
"Kontribusi penjualan terbesar datang dari sektor infrastruktur dan gedung. Kemudian diikuti sektor berikutnya yaitu energi dan industrial plant, industri dan properti," ujar dia.
WIKA Anggarkan Belanja Modal Rp 22 Triliun pada 2019
Sebelumnya, Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Tumiyana menyatakan bahwa perseroan mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 22 triliun pada 2019. Hal tersebut disampaikan pada acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
"Total capex Rp 22 triliun," ujarnya di Gedung Wika, Jakarta Timur, Senin 28 Januari 2019.
Untuk sumber pendanaan capex ini berasal dari kas internal dan eksternal. Dari sisi eksternal, perusahaan berencana menerbitkan perpetual bond senilai Rp 1,4 triliun dari total perpetual bond sebesar Rp 2 triliun.
Dana capex ini antara lain akan digunakan untuk mendukung rencana bisnis perusahaan di tahun 2019 dimana WIKA akan berinvestasi lebih agresif pada lini bisnis energi, properti, dan infrastruktur.
"Akumulasi order book jadi Rp 145 triliun, itu terbesar di industri. Sedangkan revenue tahun ini diproyeksikan sebesar Rp 42,13 triliun, tumbuh 25 persen," ujarnya.
Adapun dia menjelaskan, kontrak baru diharapkan dapat tumbuh 32 persen menjadi Rp 66,74 triliun tahun ini, dibandingkan sebesar Rp 50,65 triliun per Desember 2019.
“Guna mencapai target tersebut, Perseroan telah menyiapkan strategi yang terintegrasi. Bisnis WIKA pada sektor infrastruktur dan bangunan yang telah sustain, akan mendukung pertumbuhan pada sektor energi & industrial plant, industri serta properti di tahun 2019,” tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement