Liputan6.com, Jakarta Beras organik Banyuwangi resmi diekspor ke Italia. Melihat keberhasilan itu, Pemkab Banyuwangi berharap ekspor produk beras organik Banyuwangi meluas hingga menembus pasar pertanian organik pertanian di dunia, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman.
Saat berkunjung ke pusat produksi beras organik, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan kembali bahwa beras organik Banyuwangi kian diminati, baik di dalam maupun luar negeri.
Advertisement
"Semoga dengan pengenalan yang luas, tahun depan bisa ekspor ke negara lain, seperti Jerman atau AS. Kita ikhtiarkan bareng-bareng, selain tentu garap pasar dalam negeri yang juga besar," ujarnya, Jumat (22/3).
Kelompok tani yang berhasil ekspor di daerah tersebut mendapat pendampingan dari Pemkab Banyuwangi dan Bank Indonesia (BI). Beras yang diekspor berasal dari tiga varietas padi asli Banyuwangi yang telah didaftarkan di Kementerian Pertanian.
Anas mengatakan, mengutip data Federasi Internasional Gerakan Pertanian Organik (IFOAM) dan Lembaga Riset Pertanian Organik, pasar produk organik tumbuh cepat. AS adalah pasar organik terbesar di dunia dengan nilai USD27,04 miliar, diikuti Jerman USD8,45 miliar, Prancis USD4,8 miliar, dan Tiongkok USD2,67 miliar.
"Pasarnya harus terus diperluas. Kami juga berterima kasih ke Bank Indonesia (BI) yang bareng-bareng membantu kelompok tani di sini. Ini wujud kolaborasi yang baik. Dengan keberhasilan ini, kami ajak BUMN-BUMN ikut membantu petani Banyuwangi," papar Anas.
Ketua Kelompok Tani Mendo Sampurno (produsen beras organik) Samanhudi menjelaskan, penjualannya terus meningkat.
Per bulan, mereka mengirim hingga 200 kilogram beras organik ke Australia dan 20 kilogram ke Taiwan. Juga ada pesanan berkala dari China dan Amerika Serikat. Kelompok tani itu bermitra dengan PT Sirtanio, perusahaan agribisnis yang digerakkan anak-anak muda Banyuwangi.
"Bahkan, dua hari ini saja, ada tambahan pesanan dalam negeri mencapai satu ton. Dari Surabaya 400 kg, Tangerang, Lumajang 100 kg, Malang 60 kg, Jember, 400 kg, Bekasi 75 kg, Balikpapan 100 kg," ujarnya.
Di luar pesanan itu, tiap bulan mereka mengirim hingga 30 ton per bulan ke produsen makanan nasional. "Terima kasih ke Pemkab Banyuwangi dan BI, karena tanpa pendampingan tentu tidak bisa sejauh ini perkembangannya," imbuh Samanhudi.
Saat ini, lanjut Anas, pengembangan beras organik dilakukan di 9 kecamatan seluas 81,49 hektar dengan produksi 515,5 ton per tahun. Sebanyak tujuh kecamatan telah mendapatkan sertifikat pertanian organik Standar Nasional Indonesia (SNI). Tahun ini dua kecamatan dalam proses SNI.
"Tahun depan dengan APBD, kita targetkan kembangkan hingga 200 hektar padi organik bersama petani. Kelompok-kelompok tani terus dilatih masuk ke pertanian organik, karena keuntungan lebih besar dengan permintaan ekspor yang tinggi," ujarnya.
(*)