Harga Minyak Bervariasi, Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Jadi Penekan

Pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia juga mendukung harga minyak.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Mar 2019, 06:15 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bervariasi pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penggerak harga minyak adalah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diimbangi dengan prospek pasokan minyak mentah yang berkurang.

Mengutip Reuters, Selasa (26/3/2019), harga minyak mentah Brent di pasar berjangka ditutup pada USD 67,21 per barel, naik 18 sen. Sedangkan harga minyak mentah AS menjadi USD 58,82 per barel, turun 22 sen.

"Salah satu pendorong pelemahan yang kita lihat sebelumnya terkait dengan membangkitkan kembali kekhawatiran seputar pertumbuhan permintaan," kata Gene McGillian, vice president of market research di Tradition Energy, Stamford, Connecticut, AS.

Ia melanjutkan, pelaku pasar saat ini tengah menunggu data-data persediaan minyak mentah. the American Petroleum Institute akan melaporkan pada Selasa dan dilanjutkan dengan laporan dari U.S. Energy Information Administration.

Data terbaru diperkirakan persediaan minyak mentah AS turun untuk minggu ketiga berturut-turut, setelah turun hampir 10 juta barel pada minggu sebelumnya.

"Kami mengharapkan keseimbangan minyak mentah AS. Beberapa pengetatan karena ekspor minyak mentah tetap meningkat tajam dan impor kemungkinan dikurangi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

"Tapi kami melihat penurunan tingkat pertumbuhan permintaan minyak global bakal menjadi pengaruh dominan yang akan membentuk harga minyak selama beberapa minggu ke depan," tambah Ritterbusch.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


OPEC

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pada pekan lalu, harga minyak jatuh karena pernyataan dari the Fed mengenai pelemahan pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelamahan tersebut membuat permintaan akan minyak juga bisa turun.

Presiden Bank Sentral Chicago Chicago Charles Evans pada hari Senin mengatakan hal tersebut bisa dimengerti karena pelaku pasar menjadi gugup. Tetapi dia masih yakin tentang prospek pertumbuhan ekonomi AS.

Pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia juga mendukung harga. Pemimpin de-facto OPEC Arab Saudi mendorong harga minyak mentah Brent untuk melampaui USD 70 per barel.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya