Peneliti Indonesia Berhasil Kembangkan Teknologi yang Bikin Kendaraan Awet dan Panjang Umur

Peneliti tersebut berasal dari Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Yogyakarta

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 26 Mar 2019, 17:00 WIB
Peneliti Indonesia berhasil ciptakan mesin nitridasi (Liputan6.com/Ratu Annisa)

Liputan6.com, Jakarta Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Yogyakarta berhasil menciptakan mesin nitridasi plasma pertama di Indonesia untuk keperluan industri permesinan dan otomotif dalam negeri.

Mesin yang juga telah dipatenkan oleh PSTA ini mampu membuat permukaan komponen mesin menjadi jauh lebih keras, anti karat, dan tahan lama.

Peneliti PSTA, Suprapto, mengatakan, bila diterapkan untuk bidang otomotif seperti sepeda motor, kendaraan nantinya bisa jadi lebih irit bensin.

“Komponen mesin jadi keras, tahan aus, tahan korosi, kemudian koefisien geseknya rendah. Dampaknya kalau koefisien gesek rendah, efisiensi mekaniknya tinggi. Kalau efisiensi mekanik tinggi, bahan bakar irit. Itu akibat nitridasi disamping umurnya jadi dua kali lebih panjang,” kata Suprapto kepada Liputan6.com di Gedung PSTA, Yogyakarta, Rabu (20/3/2019).

Ia menjelaskan, teknologi ini sebenarnya memang sudah lebih dulu ada di luar negeri. Namun, bila Indonesia sampai harus membelinya, biaya yang dibutuhkan sangatlah mahal.

Lagipula, teknologi nitridasi plasma sendiri juga termasuk salah satu yang masih sulit untuk dibeli atau dipelajari cara pembuatannya. Negara pun saling bersaing untuk dapat masing-masing mengembangkannya.

“Permasalahannya kan kita tidak boleh menggantungkan di luar negeri, nah kita kan harus swasembada jadi artinya harus membuat sendiri,” ujar Suprapto.

“Sebetulnya teknologi itu hanya ada dua, yaitu satu dibeli, satu lagi dicuri. Negara maju tidak akan memberikan teknologi ke negara berkembang. Kalau mau patennya atau ahli teknologinya, itu membeli. Nah, tapi kalau mencuri pakai otak, pakai IPTEK, pakai ilmu pengetahuan,” lanjutnya.

Suprapto pun berharap agar hak paten mesin ini dapat dibeli oleh industri di Indonesia. Menurutnya, sangat disayangkan bila mesin ini sampai tidak digunakan.

“Harapannya bisa dipakai di industri di Indonesia. Nah ini sebetulnya kami sudah menyiapkan untuk ekspan (mesin) ini yang bisa dikatakan semi industri. Yang besar itu bisa untuk industri, sudah ada modelnya kami siapkan, yang model kecil ini hanya untuk laboratorium,” tukasnya.

 

 


Dukungan Kemenristekdikti

PSTA sendiri merupakan salah satu pusat penelitian yang telah diakui dan termasuk sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Pembiayaan dari Kemenristekdikti memungkinkan PSTA melakukan terobosan dalam bidang nuklir serta pengembangan sistem manajemen untuk industri.

Peneliti PSTA, Aris Bastianudin menjelaskan, sejauh ini sudah ada 6 produk unggulan dari PSTA yang dapat diaplikasikan untuk kebutuhan industri maupun ilmu pengetahuan di Indonesia.

“Produk unggulannya ada 6. Jadi yang pertama mesin berkas elektron (electron beam machine), ini bisa untuk iradiasi lateks karet alam. Kemudian ada nitridasi plasma, ini untuk pengerasan permukaan bahan. Kemudian ada siklotron, ini untuk produksi isotop medis teknologinya. Ini di bidang akselerator,” katanya.

“Di bidang proses, ada tiga produk unggulan. Yang pertama ada teknologi pemisahan dan pemurnian logam tanah jarang, yang kedua ada zirkonium, yang ketiga untuk titanium,” lanjut Aris.

Aris berharap, dengan ini Kemenristekdikti dapat terus mendukung pengembangan teknologi yang ada di PSTA agar dapat bersaing di kancah internasional. Sebab, ia yakin bahwa IPTEK Indonesia tidaklah kalah canggih dengan milik luar negeri.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya