Liputan6.com, Jakarta - Jejaring sosial Facebook lagi-lagi melakukan pembersihan platform-nya dari akun-akun palsu dan tidak autentik.
Mengutip laman Reuters, Rabu (27/3/2019), Facebook menghapus akun palsu dari Iran, Rusia, Macedonia, dan Kosovo. Akun-akun tersebut dihapus karena terbukti menjalankan perilaku tidak autentik yang terkoordinasi.
Facebook mengatakan, total ada 2.632 page, grup, dan akun yang dihapus dari Facebook dan Instagram karena perilaku tidak autentik di negara-negara di atas.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Facebook, rincian akunnya adalah 513 akun terkait dengan Iran dan 1.907 akun terkait dengan Rusia.
Akun-akun yang terkait dengan Rusia ini sebagian besar dihapus karena spam, sementara sebagian kecil terlibat dalam perilaku tidak otentik yang terkoordinasi.
Facebook juga mengatakan, baik page maupun akun-akun ini dihapus karena behavior atau perilakunya, dan bukan karena konten-konten yang disebarkan.
Tidak hanya itu, baru-baru ini platform medsos besutan Mark Zuckerberg menindak akun-akun semacam ini di banyak negara.
Pasalnya Facebook telah mendapat kecaman selama dua tahun terakhir karena kewalahan dalam mengembangkan tools untuk memerangi konten ekstremis dan operasi propaganda.
Perusahaan medsos ini juga telah menghapus akun-akun terkait dengan Iran pada awal Januari.
Hapus Akun Palsu di Indonesia
Belum lama ini, Facebook juga bebersih akun palsu di Indonesia. Raksasa media sosial asal Amerika Serikat (AS) ini memanfaatkan Coordinated Inauthentic Behavior (CIB) untuk mendeteksi perilaku meresahkan yang melanggar standar komunitas di platform-nya.
Hasilnya, di Indonesia sendiri, Facebook berhasil menghapus 207 laman (page), 800 akun individual, 546 grup yang berkaitan dengan penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan konten meresahkan lainnya.
Tak cuma itu, Facebook juga berhasil menutup 208 akun Instagram dengan tujuan yang sama.
Lantas, berapa lama waktu yang dibutuhkan Facebook untuk menanggulangi masalah ini?
Disampaikan Nathaniel Gleicher, Head of Cybersecurity Policy Facebook, semua tentu kembali lagi ke proses investigasi masalah yang berlangsung di suatu negara.
“Ya, itu kembali lagi ke proses investigasi yang kami lakukan, tergantung situasinya. Ada yang beberapa bulan, beberapa minggu, beberapa hari, dan yang terakhir (Indonesia) kami butuh waktu sekitar enam bulan untuk investigasi,” kata Nathaniel kepada Tekno Liputan6.com dalam wawancara di kantor Facebook Indonesia, Jumat (1/2/2019).
Adapun langkah teknis yang dilakukan saat melakukan investigasi dan take down akun, adalah memanfaatkan tim inti investigasi yang berasal dari sejumlah kalangan seperti ahli investigator, jurnalis, ahli produk Facebook, dan data scientist. Mereka menyelidiki keberadaan akun-akun berperilaku meresahkan.
“Kami juga sudah melakukan CIB di Myanmar dan Filipina, di mana mereka mencari pola dengan menggunakan open source untuk memahami perilaku dari akun yang diselidiki,” jelasnya menambahkan.
Advertisement
Ditutup Karena Konten, Bukan Perilaku
Nathaniel juga mengakui, semua laman, akun, dan grup yang ditendang itu ternyata berkaitan dengan Saracen—grup sindikasi online di Indonesia.
Adapun upaya penutupan semua akun dilakukan berdasarkan dari perilaku (behaviour) akun, bukan konten yang diunggah akun tersebut.
“Secara umum, perilaku akun-akun ini tidak dapat dipercaya. Jadi kami menghapusnya karena memang perilaku mereka yang tidak otentik, dan melanggar kebijakan Facebook,” terangnya.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: