Liputan6.com, Jakarta - Kabar bahwa air laut yang berada di bawah Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) terbelah dua jadi sorotan banyak orang. Informasi serupa viral di media sosial maupun aplikasi perpesanan, dengan segala narasi yang menyertainya.
Akun Facebook bernama Arjuna Raja Handphone menggunggah kabar, foto, dan video soal air laut di bawah Jembatan Suramadu pada 19 Maret 2019.
Advertisement
"Subhanalloh air laut suramdu
Dengan ijin alloh air laut yang kotor dan bersih tidak mau menyatu🙏🙏 itu artinya kabaikan dan keburukan ada tempatnya masing2, amal ibadah kebaikan anda akan mendapat balasan baik(surga) dan sebaliknya perbuatan buruk dosa anda, akan memdapat balasan yang begitu pedih, walaupun dosa itu sekecil butir debu pasti harus di pertanggung jawabkan kelak di akherat, seperti bahasa anda yang menghujat saya dengan perkataan yang buruk. Tidak akan saya maafkn dunia akherat🙂 wassalam," tulis Arjuna Raja Handphone menyertai unggahannya.
Unggahan itu telah dibagikan sebanyak 6.519 kali dan mendapat tanda suka 789. Kolom komentar dipenuhi 668 orang.
Fakta
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Liputan6.com, terbelahnya air laut menjadi dua itu merupakan fenomena biasa.
Hal itu seperti diunggah dalam berita Liputan6.com yang berjudul Benarkah Air Laut Terbelah 2 di Jembatan Suramadu? Ini Fakta-faktanya pada 21 Maret 2019.
"Warga Surabaya dihebohkan dengan fenomena alam yang terjadi di bawah Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Permukaan air laut yang seolah-olah terbelah bahkan viral usai di-posting warganet ke media sosial.
Dalam akun Instagram @ndorobeii terlihat perbedaan warna yang sangat mencolok di atas permukaan laut.
Sisi sebelah kiri tampak hitam pekan, sisi lainnya lebih terang. Sejak diunggah, Rabu, 20 Maret kemarin, sudah puluhan ribu pasang mata yang menyaksikan dan memberi komentar terkait fenomena tak biasa tersebut.
Tidak hanya perbedaan gradasi warna, munculnya bentangan buih putih lurus di antara keduanya membuat permukaan air laut seolah-olah terbelah.
Apakah benar air laut terbelah menjadi dua? Berikut sejumlah faktanya:
1. Fenomena Halocline
Kepada Liputan6.com, Humas Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) Faisal Yasir Arifin menjelaskan bagaimana dan apa yang menyebabkan air laut seakan-akan terbelah dua.
Fenomena alam yang terjadi di Jembatan Suramadu disebut Halocline. Air laut terbelah lantaran pertemuan dua jenis massa air dari sisi timur dan barat Pulau Madura yang densitasnya berbeda suhu, kadar garam, dan kerapatan air, sehingga tidak bisa menyatu.
"Itu fenomena biasa. Terjadi sejak hari Selasa kemarin. Seperti di Selat Gibraltar terjadi pertemuan air dari Laut Atlantik dan air dari Mediterania. Lama terjadinya bisa berhari-hari, bisa semalam saja. Tidak pasti. Tergantung arus lautnya," tutur Faisal, Rabu (20/3/2019).
Hal senada juga dijelaskan Kepala Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo.
"Fenomena itu terjadi karena perbedaan densitas air laut yang ekstrem antara air laut di dekat garis pantai dengan air laut di daerah yang lebih dalam," kata Eko.
2. Pertemuan Air Laut dan Sungai Membentuk Buih Batas
Sementara itu, prakirawan BMKG Maritim, Arif Wiyono, mengatakan di lokasi terjadinya fenomena itu, tepatnya di Jembatan Suramadu sisi Surabaya, memang ada muara sungai yang mengarah langsung ke laut.
Di saat keduanya bertemu, lalu membentuk buih-buih di atas permukaan laut hingga membuat air laut tampak terbelah dua.
"Saat air laut surut, air dari muara sungai dipompa menuju ke laut. Pertemuan arus keduanya membentuk buih-buih batas," ucap Arif.
3. Air Tawar dan Asin Tidak Bisa Tercampur
Fenomena ini terjadi lantaran air tawar dan air asin (laut) tidak bisa tercampur.
"Jadi, karena saat ini curah hujan di Jawa Timur sedang tinggi, maka air tawar yang berasal dari curah hujan maupun dari air sungai ikut jadi tinggi. Air tawar ini lalu lalu mengalir ke laut," tutur pengajar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Eddy Setiadi Soedjono.
Dilihat dari berat jenis, kedua jenis air ini sebenarnya memiliki perbedaan yang tipis.
"Berat jenis air hanya 1 sedangkan air laut hanya satu koma sekian. Berbeda dengan besi yang berat jenisnya sekitar 7, atau air raksa sekitar 13. Saya tak tahu, rahasia Tuhan itu apa. Kok, beda tipis saja susah tercampur," kata Eddy.
Fenomena ini biasa terjadi di pagi hari, saat temperatur air paling dingin. Sedangkan sore hari, temperaturnya panas perbedaan warnanya tak terlalu tegas.
"Yang biru itu air tawar, yang hitam itu air laut," ucap Eddy."
Advertisement
Kesimpulan
Foto dan video yang diunggah akun Facebook bernama Arjuna Raja Handphone memang benar adanya. Tetapi, tak ada kaitan dengan amal ibadah.
Terbelahnya air laut di bawah Jembatan Suramadu memiliki penjelasan ilmiah.
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.