Kaki Harimau yang Terjerat di Teluk Meranti Terancam Diamputasi

Harimau Sumatera terjebak jerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, kondisinya memperihatinkan.

oleh M Syukur diperbarui 27 Mar 2019, 07:00 WIB
Evakuasi harimau terjerat kawat baja di Riau memakai sampan. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Harimau terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, kondisinya memperihatinkan. Satwa diberi nama Inung Rio itu kini menjadi penghuni baru Pusat Rehabilitasi Harimau Dharmasraya, Sumatera Barat.

Akibat terjebak jerat selama tiga hari, kaki kiri belakangnya kini membusuk sehingga harus dirawat intensif. Saat ditemukan pada Jumat petang, 22 Maret 2019, puncak predator berkulit orange bergaris hitam serta putih itu, juga dikerubungi lalat.

Sejak tiba di kandang rehabilitasi pada Minggu, 24 Maret 2019, si Datuk Belang hanya mau minum air putih. Petugas medis masih berusaha menyembuhkan luka di kakinya.

Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, tim medis masih mengkaji apakah luka itu bisa disembuhkan dengan perawatan. Jika tidak bisa juga, langkah pemotongan kaki menjadi pilihan terakhir.

"Kami berharap tidak sampai diamputasi, kasihan harimaunya karena nanti tidak bisa dilepasliarkan," kata Suharyono di Pekanbaru, Selasa (26/3/2019).

Haryono menyebutkan, harimau berjenis kelamin jantan ini diperkirakan berusia antara tiga sampai empat tahun. Bobotnya lebih kurang 90 kilogram dan berasal dari Suaka Margasatwa Kerumutan, Pelalawan.

Suaka Margasatwa Kerumutan didiami beberapa ekor harimau sumatera dengan wilayah jelajahnya masing-masing. Seekor jantan bisa punya daerah jelajah diameter antara 40 hingga 50 kilometer dan bisa meningkat kalau memasuki musim kawin.

Sementara lokasi penemuannya ada di kawasan restorasi ekosistem yang berbatasan dengan Kerumutan. Di lokasi itu sendiri, karyawan PT Gemilang Cipta Nusantara (CGN) mengaku tidak pernah melihat harimau berkeliaran.

Beberapa kamera pengintai yang dipasang setahun belakangan juga tak menangkap penampakan satwa harimau.

"Jadi lokasi itu dulunya bekas hak pengusahaan hutan, lalu diperuntukkan sebagai kawasan restorasi ekosistem. Kayu alam dibiarkan tumbuh di sana agar jadi hutan lagi, tidak boleh dimanfaatkan, sementara perusahaan areal operasinya berbatasan dengan lokasi," terang Haryono.


Tercium Pemburu Liar

Tim medis memberikan pertolongan pertama kepada harimau terjerat kawat baja. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Dugaan sementara, para pemburu liar mencium ada habitat harimau di sana. Pemburu yang masih diidentifikasi ini memasang sejumlah jerat di perlintasan harimau.

Jerat pemburu liar memang berhasil menjebak Inung Rio. Beruntung, karyawan perusahaan yang tengah berpatroli mengetahui adanya harimau terjerat dan melaporkannya ke BBKSDA Riau untuk dievakuasi.

"Jadi lucu juga ceritanya, karyawan perusahaan kena jerat dan nyaris diterkam. Untung saja harimau itu tidak bebas bergerak karena kakinya terkena jerat juga," sebut Haryono.

Menurut Haryono, lokasi itu tengah disterilkan dari jerat. Pasalnya saat evakuasi, petugas menemukan sejumlah jerat yang memang diperuntukkan untuk harimau, bukan untuk babi hutan.

"Akan disapu bersih, bekerja sama dengan kepolisian dan perusahaan. Hari ini dimulai operasi pembersihannya," tegas Suharyono.

Lebih jauh Haryono menjelaskan, saat ini masih terpantau 60 ekor harimau di Riau. Harimau itu tersebar di sejumlah landscape ataupun kawasan hutan serta margasatwa di Bumi Lancang Kuning.

"Untuk tempat-tempatnya tidak akan disebutkan, bahaya kalau tahu oleh pemburu liar," tegas Haryono.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya