Liputan6.com, Jakarta PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) meraih dividen senilai Rp 900 miliar dari perusahaan investasinya. Pencapaian ini menjadi bukti kuatnya fundamental perusahaan investasi Saratoga di tengah kondisi perekonomian yang sangat dinamis di tahun lalu.
Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya menjelaskan jika kinerja perusahaan pada tahun lalu menggambarkan bahwa strategi investasi yang dilakukan oleh Saratoga mampu menghasilkan hasil investasi yang optimal.
Secara fundamental, perusahaan-perusahaan investasi Saratoga juga tumbuh secara positif dan terus meningkatkan nilai tambah perusahaan melalui strategi pertumbuhan organik dan non organik.
Baca Juga
Advertisement
"Disiplin dan kehati-hatian dari tim investasi kami merupakan kunci keberhasilan Saratoga dalam mencapai pengembalian investasi yang optimal," jelas Michael di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Michael menjelaskan lebih jauh bahwa pendapatan dividen sebesar Rp 900 miliar diperoleh dari enam perusahaan investasi. Hasil ini menunjukkan kinerja operasional dan bisnis yang kuat dari perusahaan investasi.
"Hasil yang diperoleh Saratoga ini sangat menggembirakan. Tidak hanya pertumbuhan pendapatan dividen selama bertahun-tahun, tetapi yang lebih penting, diversifikasi perusahaan investasi yang berkontribusi pada dividen," jelasnya.
Pada tahun 2018, Saratoga juga terus mengidentifikasi peluang untuk menambah nilai perusahaan. Salah satunya adalah investasi baru di PT Aneka Gas Industri Tbk. (kode saham: AGII), pemasok gas industri dominan di negara ini.
Untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan sektor teknologi, Saratoga juga mulai merambah bisnis start-up melalui mitra investasi.
"Perusahaan percaya bahwa sektor teknologi memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan karena adanya disrupsi dalam cara hidup kita dan implikasi luas kepada masyarakat," kata Michael menambahkan.
Namun pada tahun 2018, perusahaan juga merugi sebesar Rp 6,2 triliun. Michael menegaskan itu merupakan rugi buku yang belum direalisasi. Kerugian terjadi akibat volatilitas harga saham sejumlah perusahaan investasi serta kenaikan suku bunga, fluktuasi harga komoditas dan melemahnya mata uang yang terjadi sepanjang 2018.
"Kerugian itu sebagai dampak penerapan mark to market sejak 2017. Ini adalah rugi buku yang belum direalisasi," tegasnya.
Sebagai perusahaan investasi aktif, kinerja Saratoga memang sangat dipengaruhi oleh perusahaan investasi. Dan hal yang biasa jika nilai investasinya turun ketika perekonomian bergejolak, seperti yang terjadi di 2018.
"Dari waktu ke waktu, kondisi ini normal terjadi di pasar untuk melalui berbagai tahap volatilitas dan sebagai investor jangka panjang, kami tetap percaya diri pada prospek perusahaan investasi. Kami juga yakin bahwa harga saham pada akhirnya akan mampu menyamai fundamental perusahaan," kata Michael optimis.